Pernah merasa kalo segalanya lebih mudah dijelaskan lewat lagu dibanding kata-kata? Mungkin film ini cocok buat anda. Salah satu keistimewaan film ini itu sangat sederhana. Anda tidak perlu banyak dialog dan kata-kata. Cukup dengan kickass soundtrack atau lagu keren membuat anda mengerti apa mereka ceritakan dalam film ini. Dan film ini punya banyak soundtrack yg hits dan paling keren yang perlu anda dengar. Ceritanya tentang "Driver" atau supir yang sampai akhir film tidak diketahui namanya yang bekerja sebagai stuntman dan montir mobil. Dia juga mempunyai pekerjaan sebagai "getaway driver" yang berarti sopir pelarian. Driver mempunyai peraturan-peraturan ketat dalam menjalankan pekerjaan sampingannya, dan yang paling ikonik dari Driver adalah jaket “Satin Scorpion” nya. Berdasarkan novel James Sallis , disutradai oleh Nicolas Winding Refn yang dengan sukses membuat film trilogi Denmark "Pusher", film Drive berhasil membuat kita terhipnotis oleh lagu-lagunya yang menggambarkan apa aja yang terjadi di film itu. Sutradara Nicolas pun dengan brilian membuktikan bahwa sekalipun dengan minimum dialog, penonton dapat mengerti dan merasakan film ini. Adegan dibuka dengan dengan Driver menjalankan tugas sampingannya sebagai ”Getaway Driver, dan dia berhasil meloloskan dua perampok dari kejaran polisi. Setelah berhasil melaksanakan tugasnya, Driver berkelana dengan mobilnya melewati malam dengan lagu Kavinsky-Nightcall yang menurut saya dari awal sudah diceritakan bahwa film ini akan diisi soundtrack dan lagu2 keren. Pertemuan yang tidak sengaja antara Driver dengan Irene yang pada akhirnya menjadi love interestnya (dibintangi si cantik Carrey Mulligan) menjadi salah satu bumbu utama dalam film ini. Dimana Driver berhasil menemukan apa yang dicintainya sesungguhnya selain pekerjaan sampingannya sebagai “Getaway Driver”. Walaupun Driver dan Irene tidak berkata banyak namun dari pemilihan lagu yang tepat dapat digambarkan seperti apa hubungan antara mereka berdua. Kredit utama saya berikan kepada sutradara Nicolas karena sanggup memilih dan membawakan lagu-lagu dengan chemistry yang tepat untuk menggambarkan hubungan antara Driver dengan Irene. Konflik utamanya pun muncul saat suami Irene yang baru keluar dari penjara membutuhkan bantuan Driver dikarenakan untuk melunasi hutangnya dia perlu merampok toko pegadaian. Akhirnya banyak hal yang tidak diinginkan pun terjadi dan disinilah Driver menunjukkan sisi gelapnya dimana dia tidak segan melakukan apa saja demi tujuannya tercapai sekalipun harus membunuh orang demi melindungi orang yang dia cintai. Pemeran utama Driver, Ryan Gosling, berhasil membawa karakter Driver yang tenang, kalem, keren dan hanya berbicara seperlunya (yang menjadi ciri khas dari Driver). Ryan pun membuktikan dia bukan hanya “another pretty face in Hollywood” atau “aktor modal tampang” tapi dia juga sanggup membuktikan dengan membawakan peran penuh karakter seperti Driver. Dia pun sudah terlebih dahulu membuktikan kualitas mumpuni aktingnya dengan memenangkan nominasi Golden Globe Award sebagai Jacob Palmer dalam film “Crazy Stupid Love”. Bagi para pecinta serial tv AMC epik “Breaking Bad”, kita dapat melihat “Heisenberg” Bryan Cranston di film ini. Ditambah dengan si seksi Christinna Hendricks pemeran “Joan” dari serial TV AMC pemenang Golden Globe “Mad Men” juga ikut berpartisipasi dalam film garapan Nicolas Winding Refn yang menelan budget 13 Juta Dollar ini. Film ini berhasil mendapat banyak pujian dan standing ovation di Cannes Film Festival 2011 dan Nicolas berhasil memenangkan sebagai sutradara terbaik. Mungkin inilah salah satu film terbaik tahun 2011 dan salah satu quote favorit saya pada film ini adalah pada saat Irene bertanya “What do you do for a living?” Driver pun menjawab “I Drive”. Oleh : Kutu Kamar Editor: Kutu Rambut
0 Comments
Saya selalu kagum dengan orang-orang yang berani meninggalkan kehidupannya demi sesuatu yang mereka anggap lebih besar dari kehidupan nya itu sendiri..
"Idealism." they said. The term idealism (according to my self) refers to a ways of living, thinking and doing. I believe every people has their own way and its different with each other. Well, you know, the differences were formed by society, culture, religion, govt, and family. In other words, saya mau bilang bahwa pihak pihak yang punya otoritas itulah yang menciptakan idealisme dalam kehidupan kita. Banyak orang mengikuti arus ideal tersebut.Sedikit orang membuat arus idealnya sendiri. Saya yang terhitung dalam kategori "banyak" ini menganggap sedikit orang tersebut adalah orang orang yang istimewa. .............................. Tunggu dulu, dont get me wrong. Saya tidak ingin membahas tentang sebuah idealisme atau betapa idealisnya seseorang. Terlalu sensitif. Saya adalah makhluk realistis. Who we are is not static, We are a constant evolution. Jadi, Ini hanya sedikit cerita kekaguman dari saya yang tidak pandai bercerita. Lalu? Begini. Beberapa kali saya jatuh cinta pada karakter-karakter fiksi dalam sebuah film. Jack Skellington adalah alasan saya untuk berdandan seperti Sally pada Halloween tahun lalu. Ichabod Crane, Flynn Rider, Joel Barish, Lizbeth Salander.I wish they were real... Kecuali, Alexander Supertramp. Saya berharap dia hanya sebuah tokoh fiksi dalam film Into the Wild. Saya berharap dia hanya sekedar imajinasi Sean Penn, sang sutradara atau Jon Krakauer, sang penulis. Saya berharap dia tidak nyata. Karena realitas bukanlah tempat untuk seorang Supertramp. Seorang petualang- a super foot traveler dengan segala keanarkian nya, memberikan saya pelajaran tentang sebuah kesederhanaan. Dan.. Saya harus sadar bahwa dia tidak dilahirkan dari sebuah imajinasi atau diciptakan menjadi tokoh fiksi. Dia nyata. Dia ada. Dia pernah hidup. Orang tua nya memberi nama Christoper Johnson McCandless saat ia lahir. Chris adalah anak yang beruntung , dibesarkan di lingkungan keluarga yang dihormati secara prestasi dan materi. Kedua orang tua nya sukses berkontribusi dalam industri dirgantara Amerika. Kemauan Chris yang keras sudah terlihat sejak kecil. Dia sungguh cemerlang. Hubungan kedua orang tua nya yang tidak lagi harmonis memaksa Chris dan adiknya melihat hal hal yang begitu menyakitkan. Setiap hari, rasa sakit itu membusuk jadi pahit. Kepahitan sekaligus Kehormatan menjadi bagian keluarganya. Hal-hal itu- matrealism of society, menjadi sangat memuakan bagi Chris. Betapa ingin, ia menertawakan dan menghina karakter karakter kapitalis masyrakat. Selama 4 tahun, Chris dipenjara oleh hal hal akademik demi menuruti kemauan orang tua nya. Ketika ia lulus menjadi sarjana, Ayah `nya memberikan sebuah Cadilac sebagai ganti mobil tua yang selama ini ia kendarai. Chris tidak membutuhkan hadiah kelulusan dari ayahnya. Chris menolaknya mentah-mentah. Memang, hubungan Chris dan ayahnya tidak pernah matang dan sedap untuk dinikmati. Hal-hal yang Chris nikmati hanyalah buku-buku yang banyak menginspirasinya. Karya-karya Leo Tolstoy, Jack London, H.D Thoreau dijadikan sebagai parafrase yang membantunya hidup dan memahami banyak hal. Haduh.. Saya bosan sekali menceritakan kehidupan Chris sebelum ia lahir menjadi Alexander Supertramp.Saya juga bosan menyebutnya dengan nama Chris. Saya lebih suka menyebutnya Supertramp. Alexander Supertramp. An Extremist. An Aesthetic Voyager. Begitulah ia menamai alter ego nya. Tahun 1990, Supertramp memutuskan untuk tidak lagi meracuni dirinya dengan peradaban masyrakat. Terlalu lama dia menjadi Chris, menderita penyakit-penyakit moral dan berobat pada formalitas-formalitas nilai. Dia sungguh ingin melepas ikatan-ikatan apapun yang melabel dirinya. Ia meninggalkan keluarganya, Ayah Ibu yang selalu berpura-pura- seperti bermain peran menjadi orang tua. Ia meninggalkan adiknya, satu satunya teman bicara. Ia menggunting kartu kredit dan tanda pengenalnya. Ia mendonasikan seluruh uang tabungan akademis kepada lembaga amal, meninggalkan mobil tua kesayangan, dan membakar dollar-dollar terakhir yang ia miliki. Money makes people cautious, pikirnya. Dua tahun, Supertramp berjalan dengan boot kulit dan ranselnya. Bersenang-senang tanpa tujuan. Hingga akhirnya datang sebuah petualangan besar. An Odyssey to North, the climactic battle to kill the false being within… Selama setahun, Supertramp memimpikan petualangan nya ke Alaska. Ia ingin pergi ke Alaska. Ia ingin berada di alam putih utara. Di belantara Alaska. Just be there! Just on his own ! No fucking watch, no map, no ax, no nothing. Nothing. Just be out there in it. In big mountains, rivers, sky, game.. getting out of sick society. Ketika Supertramp mempersiapkan petualangan terbesarnya, Ia beberapa kali menjumpai orang-orang, berbagi cerita tentang perjalanan nya. Orang-orang ini banyak membantu Supertramp. Mereka seperti….heran?takjub?kagum?terinspirasi? (apapun itu namanya) Mereka menyayangi dan merindukan Supertramp. Sebelum musim semi, Supertramp sampai di Fairbanks, Alaska. Ia membawa 10 pound beras, senapan, beberapa buku dan peralatan kemping untuk memulai kehidupannya di alam liar. Inilah puncak petualangan nya.. The climactic battle to kill the false being within.. Not to be strong, but to feel strong To measure your self To find your self At least once in the most ancient of human conditions, facing the blind, deaf stone alone with nothing to help you but your hands and your own head. Di penghujung musim semi, suatu ketika Supertramp membaca karya Tolstoy yg berjudul Family Happiness. Ide-ide tentang kebahagian itu mendatangi Supertramp. People, Family, Rest, Nature, Books, Music, Love, Mate, and Children…What more can a heart of man desire?... Supertramp memutuskan untuk meninggalkan Alaska. Mungkin kembali menjadi Chris . Chris yang selalu berkata “Thank you, I just don’t want anything” kepada ayahnya.,Chris yang beremansipasi dari kontrol orang tua, Chris yang membenci matrealisme berlebihan, atau…. Chris yang menyadari bahwa kebahagian itu hanya nyata ketika dibagi? Tidak tahu... Saya hanya berharap Supertramp tidak nyata. Karena saya mengagumi kesederhanaannya, Idealisme yang menyadarkan saya tentang begitu banyaknya kenyamanan-kenyamanan yang salah Terima kasih, Supertramp... Saya berharap kamu hanya Chris. sayang... kenyataan bukan untuk si Idealis. Oleh: Kutu-kan |
SEARCH
GET NOTIFIED
Archives
August 2017
|