Everybody Wants Some adalah karya bergenre komedi terbaru dari sutradara Richard Linklater yang sekaligus menjadi penulis cerita di film ini. Untuk yang belum tahu, Linklater adalah sutradara dari film-film drama yang sudah mendunia seperti Boyhood (2014), Before Sunrise (1995), dan Before Sunset (2004). Film ini akan dibintangi oleh aktor-aktor muda seperti Blake Jenner, Ryan Guzman, Tyler Hoechlin, dan juga Zoey Deutch. Kawan Kutu bisa melihat trailer-nya di bawah ini: Film ini akan bercerita tentang kehidupan sekelompok mahasiswa yang juga pemain baseball. Richard Linklater mengatakan bahwa film ini merupakan sebuah spiritual sequel dari film buatannya tahun 1993, Dazed and Confused. Namun, kali ini hadir dengan setting tahun '80-an.
Spiritual sequel atau juga sering disebut spiritual successor adalah suatu bentuk sekuel yang melibatkan genre, ciri khas, dan kadang tim pembuat tanpa ada kelanjutan dari cerita sebelumnya. Paling sering diterapkan pada video games. Everybody Wants Some mulai rilis pada April 2016 mendatang. - Kutu Kasur
0 Comments
Siapa diantara Kawan Kutu yang baru saja menonton Star Wars The Force Awakens? Seperti yang sudah dibahas sebelumnya disini. Dua universe yang berbeda kali ini akan dipertarungkan, dari segala aspek sehingga kita bisa menyimpulkan universe mana yang terbaik. Kawan Kutu fanboys Star Wars dan Star Trek, bersiap-siap karena beberapa poin dalam penilaian kali ini mungkin Kawan Kutu tidak setuju. Ayo kita mulai! 5. PengaruhHampir semua orang tau atau minimal pernah mendengar tentang Star Wars, karakter yang ikonik seperti Luke Skywalker, Han Solo dan yang paling terkenal Darth Vader. Para fansboy pun banyak memuja-muja karakter tersebut dan bagaimana pengaruh Star Wars terhadap dunia. Seperti pada saat pemutaran perdana film terbaru Star Wars. Hampir semua orang menunggu film itu. Hal ini cukup berbeda dibanding rivalnya : Star Trek. Dalam publik dunia terutama Indonesia nama Star Trek masih kurang diketahui, bahkan beberapa orang tidak tahu. Dalam pemutaran film nya pun, reaksi audiens pun tidak seheboh Star Wars. Jadi maaf Star Trek fanboy, Star Wars memenangkan ronde ini. Pemenang : Star Wars4. Kapal Luar AngkasaKapal luar angkasa merupakan esensi terpenting dalam rival dua universe ini. Perjalanan luar angkasa ditempuh oleh Kapal Luar Angkasa, Star Wars mempunyai Millenium Falcon & Star Trek memiliki USS Enterprise. Namun Star Wars mempunyai banyak sekali kapal luar angkasa dari tiap film yang berbeda dan berjumlah lebih dari 36 kapal luar angkasa! Star Wars memenangkan dengan mudah ronde ini. Pemenang: Star Wars 3. DuniaDunia Star Trek sangatlah luas dan tiap ras alien dalam Star Trek memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Seperti Vulcan yang cerdas, Klingon yang beringas dan masih banyak ras alien yang begitu banyak yang tidak mungkin saya sebutkan disini. Sedangkan Star Wars memiliki ras alien yang hanya berfungsi sebagai populasi dari suatu planet luar angkasa, berbeda dengan Star Trek yang tiap ras alien mempuyai kontribusi dalam ceritanya. Maaf fanboys Star Wars, tapi saya risih dengan karakter Jar Jar Binks. Pemenang: Star Trek 2. Karakter "Luke, I'm your father" Kata Darth Vader. Itulah mungkin plot twist Star Wars yang hampir semua orang dunia tau. Karakter Darth Vader yang paling dikenal dan dianggap sebagai karakter penjahat terbaik dalam sejarah film sepanjang masa pun membuat Star Wars memiliki karaker yang banyak disukai. Walaupun Star Trek juga memiliki karakter hebat seperti Captain Kirk dan Spock, dan juga salah satu villain (=penjahat) ikonik Star Trek Kahn tidak ada yang bisa mengalahkan kuatnya karakter Darth Vader. Pemenang: Star Wars 1. Cerita Cerita utama tentang Star Trek adalah bagaimana sekelompok orang pilihan yang menjelajahi galaksi yang belum dijelajah sebelumnya oleh manusia. Sederhana bukan? Bagaimana seorang captain dan crew-nya berusaha mencari kehidupan yang mungkin lebih baik. Di tiap galaksi semesta dan planet pun para crew berhadapan ras alien yang bermacam-macam dengan petualangan yang berbeda. Star Wars menceritakan tentang keluarga Skywalker yang berfokus pada Anakin dan Luke (walaupun dalam film terbaru Star Wars The Force Awakens memiliki latar belakang cerita yang berbeda). Terdapat juga karakter tambahan dalam Star Wars yang cukup fenomenal, namun kesederhanaan cerita Star Trek yang hanya memiliki tema "Menjelajahi galaksi" tanpa rumitnya sub-plot membuat Star Trek memenangi film ini. Pemenang: Star Trek Maka dari total keseluruhannya: Star Trek 2 : 3 Star Wars Maka pemenangnya adalah...... Yak! Selamat Star Wars fanboys! Kalian memenangkan ronde ini! Atau mungkin dari para Trekkies (=Sebutan fanboys Star Trek) tidak setuju dan ingin menambahkan? Kasitau dalam comments!
-Kutu Kamar Terkadang, sebuah pemikiran, ide, karya, hanya baik jika dilukiskan oleh kata-kata atau bahkan bergulir di kepala. Tidak semua ide, atau untuk lebih memperjelas, tidak semua orang, mampu mengeksekusi sebuah ide atau cerita kedalam sebuah penggambaran visual. “Bulan Terbelah di Langit Amerika” sayangnya adalah salah satunya. Saya pribadi belum pernah membaca bukunya, tapi apabila dilihat dari “rekam jejak” buku tersebut hingga diangkat kedalam sebuah film layar lebar, tentulah bukunya bukan buku yang “jelek”. Terlebih dari trailer saya akui, narasi yang ada cukup menjanjikan, serta poster promonya(yang sebetulnya mirip The Social Network dan The Imitation Game) pun dikemas untuk terlihat elegan. Ternyata semua ekspektasi saya runtuh seketika saat durasi film bahkan belum menyentuh angka menit, dapat dikatakan saya menjadi “korban promosi”dan melupakan sebuah pakem “a good book doesn’t always made a good movies”. Tidak sedikit yang mampu keluar dari pakem dan mampu menggebrak, namun tidak jarang juga yang justru terjebak narasi dan terpaksa harus terpenjara dalam prosa. Film ini mengangkat tema mengenai Islam di Amerika pasca tragedi WTC. Seorang reporter dari Vienna bernama Hanum(Acha), mendapat tugas untuk membuat sebuah artikel dengan tema “Would the world be better without Islam?”. Untuk mengerjakan artikel tersebut, ia harus mewawancara seorang narasumber di New York bernama Azima/Julia Collins (Rianti), seorang mualaf yang kehilangan kebanggan akan islam karena suaminya diduga menjadi salah satu teroris pada tragedi WTC, di sisi lain Rangga(Abimana), suami dari Hanum juga mendapat tugas untuk mewawancarai seorang miliarder bernama Phillipus Brown(yang saya tidak ingin tahu diperankan oleh siapa)sebagai syarat untuk menuntaskan gelar PhD nya, juga di New York. Singkat cerita mereka pergi bersama ke New York dengan “misi” masing-masing, di New York mereka akan tinggal di rumah sahabat Rangga, yaitu Stefan(Nino Fernandez) dan kekasihnya Jasmine(Hannah Al-Rasyid). Menyaksikan film ini dapat dianalogikan ketika kita akan bermain dengan kotak penuh dengan mainan, kita akan menumpahkan isinya, lalu pada akhirnya kita akan sibuk untuk merapihkannya kembali tanpa jadi memainkannya, plot cerita dari film ini dapat dikatakan “tersesat”, karena sang sutradara “membuat berantakan” dengan mengembangkan beberapa alur di film dan terlihat kesulitan merajutnya kembali. Film ini menceritakan konflik antara Amerika dengan Islam, konflik Julia dengan dirinya, konflik Hanum dan Rangga(bukan, bukan dengan Cinta), Stefan dan Jasmine, dan beberapa konflik lainnya yang “Magically” selesai dengan sebuah pidato dari Charlie(maksud saya Phillipus)Brown dan dapat saya simpulkan bahwa film ini adalah film bertema religi yang tidak ingin terlalu memiliki rasa religi. Budget untuk film ini, menurut beberapa sumber yang saya dapat, menyentuh angka kurang lebih RP. 15milyar, angka yang cukup fantastis. Apabila Kawan Kutu membaca berita mengenai biaya produksi tersebut sebelum menyaksikan filmnya, pastilah Kawan Kutu akan menganggap bahwa film ini film yang(setidaknya)dapat diharapkan, tapi kalau Kawan Kutu mengetahui nominalnya setelah menyaksikan, pasti Kawan Kutu akan bertanya, kenapa mereka lebih memilih untuk membuat film ini ketimbang ikut menyumbang pemerintah untuk membeli kembali Freeport atau ikut mengamini kata-kata saya dimana angka tersebut pasti hanya habis untuk biaya seluruh kru pergi ke Amerika dalam rangka pengambilan gambar, kenapa? Karena satu-satunya hal yang “wah” dari film ini hanyalah fakta bahwa settingnya benar-benar berada di Amerika. Sayangnya hal tersebut tidak didukung dengan dukungan prima dari seluruh elemen dalam film ini. Hal yang paling saya soroti ialah cast asing serta script dari film ini. Cast asing yang tampil di film ini membuat saya mengurut dada, mulai dari pemeran Ibrahim, Sarah, Phillipus Brown, hingga cab driver sok asik dan penjaga toko gak jelas, oh ya jangan lupakan (mantan)asisten Brown yang sebelum “bunuh diri “ mengaku terserang asma tapi masih mampu teriak 10 oktaf mengalahkan Sherina. .Akting mereka begitu kaku dan terlihat tidak “blend” dengan adegan, dan parahnya hal tersebut seolah terbawa kepada cast utama seperti Acha, Rianti, Hannah Al-Rasyid, dan Nino Fernandez. Abimana pengecualian, praktis hanya nama terakhir yang membuat saya memberi sedikit pemakluman akan film ini. Terlihat meskipun ia “terjebak” dalam scenario yang “kaku”, beberapa improvisasi yang ia lakukan cukup menyelamatkan perannya. Script yang dieksekusi menjadi adegan pun saya rasa amat “cheesy” dan (bisa dibilang) “crunchy”. Dialog yang dilakukan antar pemainnya amat “baku” (dan bukan dalam makna yang baik). Humor-humor yang diselipkan pun memberi kesan “apaan sih?” ketimbang suara tawa membahana, contohnya adalah ketika adegan dimana tukang hotdog New York yang terlibat percakapan dengan Rangga dan Stefan kemudian memamerkan koleksi batu akiknya (like What the. .? Haven’t we got enough?). Selain itu ada beberapa hal dan adegan yang membuat saya geleng-geleng kepala seperti misalnya ; tokoh Hanum, wanita yang seolah terlihat independen sebagai wartawan, tapi dapat dengan mudah lose her tantrum hanya karena suaminya, Rangga, yang juga berada disana untuk menyelesaikan syarat Ph.D-nya, tidak dapat menemani dia berkeliling mengerjakan pekerjaannya,(no wonder akhirnya Rangga memutuskan pulang ke Indonesia untuk nyari Cinta lagi dan bikin sekuel(oh maaf saya salah fokus)) banyak adegan yang sepertinya terlihat baik di buku namun gagal dalam eksekusi, dan akhirnya malah menjadi plot hole terkesan dipaksakan, and those couple fight scene di pinggiran kota New York yang berakhir dengan adegan “saling mencari” melintasi Time Square. Saat itu saya hanya memikirkan untuk mengajukan usul agar pihak bioskop dapat menawarkan uang refund, selain itu adegan di menit-menit akhir ketika Phillipus dan Abe mencoba menyelamatkan diri dari runtuhnya WTC, sedikit membuat saya terpingkal. Bagaimana bisa mereka masih melangsungkan sebuah percakapan di tangga darurat lantai tinggi di WTC, sedangkan dari semua video yang kita saksikan, tanpa hitungan menit gedung paling atas langsung runtuh saat kejadian tersebut terjadi? Sangat disayangkan, karena sebetulnya, ide dasar dari film ini, yang tidak lain adalah bukunya, mengangkat tema yang menarik dan sangat bagus, hanya sekali lagi, kegagalan eksekusi dalam penyajian visual membuat film ini, layaknya gedung WTC, runtuh. Sebelum saya mendapat kata-kata “emang lo bisa bikin film?”, “elah bisanya kritik doang”, “ini kan film Indonesia, harus didukung dong”, saya hanya akan berkata, pembuat film memiliki tanggung jawab untuk penontonnya, karena penontonnya sudah menghabiskan waktu dan materi hanya untuk menyaksikan film tersebut, dan sangat disayangkan, sebagian besar elemen dalam film ini, dapat dikatakan enggan untuk mengemban tanggung jawab tersebut. Untuk Kawan Kutu yang gemar menonton film yang "memiliki pesan" dan adegan drama khas sinetron, film ini cocok menjadi referensi, hanya apabila Kawan Kutu mengharapkan hiburan dan sebuah cerita yang berbeda dari film ini, lebih baik tahan rasa penasaran tersebut dan tunggu film ini menjadi sajian akhir tahun atau film special liburan di televisi nasional kita. RATING : C- -Kutu Klimis-
Tak terasa ternyata kita sudah memasuki minggu-minggu akhir bulan Desember. Artinya sebentar lagi tahun akan beralih ke 2016. Bagaimana Kawan Kutu, sudah ada rencana untuk liburan akhir tahun? Menonton film bisa menjadi alternatif hiburan di malam tahun baru, loh. Bahkan biasanya ada beberapa stasiun televisi yang menyajikan film-film blockbuster. Nah, saya juga punya beberapa rekomendasi film dengan nuansa malam tahun baru untuk melengkapi liburan Kawan Kutu. Oh ya, daftar ini bukanlah berupa urutan tertentu mana yang terbaik ya. The Poisedon Adventure (1972) Bercerita tentang perjalanan SS Poseidon, sebuah kapal pesiar yang terhantam oleh sebuah rogue wave (ombak dengan ukuran besar, kemunculannya sulit diprediksi) di tengah-tengah perjalanannya menuju Athena saat malam tahun baru. Kapal pun terbalik 180 derajat, memakan banyak korban dan membuat kepanikan besar. Namun ada beberapa penumpang yang berusaha keluar dari kapal dipimpin oleh Rogo (Ernest Borgnine) dan Scott (Gene Hackman). Film ini diadaptasi dari sebuah buku karya Paul Gallico dengan judul yang sama. Selain itu, film yang disutradarai oleh Ronald Neame ini ada remake-nya dengan judul Poseidon (2006). The Poseidon Adventure juga mendapat kesan yang positif dengan memenangkan Oscar kategori Best Music Original Song dan Visual Effects. Juga masuk dalam beberapa nominasi Oscar di beberapa kategori lainnya. When Harry Met Sally (1989) Seperti judulnya, film ini bercerita tentang Harry (Billy Crystal) dan Sally (Meg Ryan) yang mengalami romansa yang berliku. Sutradara Rob Reiner dan penulis Nora Ephron mendapat banyak sanjungan dari When Harry Met Sally. Banyak yang mengakui bahwa ini adalah salah satu film drama romantis terbaik. Kelihaian Nora Ephron sebagai penulis cerita juga membawanya masuk nominasi Oscar di kategori best writing. Yang paling berkesan dari When Harry Met Sally, di sini kita akan diberi banyak pandangan tentang hubungan pria dan wanita. Salah satu film yang tak boleh dilewatkan saat malam tahun baru. Trading Places (1983) Belum lengkap melewati malam tahun baru tanpa canda tawa. Film bergenre komedi, Trading Places yang dibintangi oleh Eddie Murphy dan Dan Aykroyd, adalah salah satu solusinya. Film ini menceritakan tentang broker kelas atas yang bereksperimen tentang kehidupan sosial dua orang dengan latar belakang yang berbeda. Film ini dengan jelas menggambarkan kehidupan sosial secara satire. Richard Shickel, kritikus majalah Time menyebut Trading Places sebagai “salah satu film komedi yang memuaskan secara moral dan emosi”. Fruitvale Station (2013) Terinspirasi dari kisah nyata Oscar Grant yang dibunuh pada malam tahun baru di Stasiun transit Fruitvale, Oakland, California. Dibintangi oleh Michael B. Jordan sebagai Grant, Melonie Diaz, dan Octavia Spencer, Fruitvale Station mendapat pujian dari banyak pihak dengan nilai 85 dari metascore. Tragedi kematian Grant yang diangkat ke layar lebar juga mendapat banyak dukungan terutama dari publik Oakland. Menurut saya, Fruitvale Station adalah film drama yang begitu kuat. Sangat banyak pesan yang bisa diambil tentang hidup dari film ini. The Godfather: Part II (1974) Sebuah sekuel dari The Godfather, menghadirkan dua plot secara beriringan. Plot pertama melanjutkan cerita tentang Michael Corleone (Al Pacino) dan yang kedua mengisahkan awal karir Vito Corleone. Bisa dibilang film ini adalah sekuel sekaligus prekuel dari The Godfather. Mengapa saya merekomendasikan film ini? Selain karena filmnya yang kita sudah tahu seperti apa, di sini ada adegan dengan setting malam tahun baru yang sangat emosional. Bagi yang sudah menonton harusnya ingat adegan Michael yang mengetahui bahwa Fredo mengkhianatinya. Boogie Nights (1997) Dibanding film-film yang sudah disebutkan di atas, Boogie Nights menawarkan sesuatu yang berbeda. Film karya Paul Thomas Anderson ini bercerita tentang kehidupan Eddie Adams (Mark Wahlberg) yang sukses karena menjadi bintang film porno. Nuansa malam tahun baru yang dihadirkan di film ini jauh dari suka cita. Little Bill (William H. Macy) mendapatkan fakta bahwa istrinya berselingkuh. Bill tak bisa menahan emosinya dan berakhir dengan tragis. The Apartment (1960) Pasti banyak dong, Kawan Kutu yang berencana menghabiskan malam tahun baru bersama pasangan. Jika ingin mencoba film romantis yang lumayan klasik, coba pertimbangkan The Apartment di dalam daftar tonton anda. Film ini bercerita tentang Bud (Jack Lemmon) yang bekerja di perusahaan asuransi dan kisah cintanya dengan Fran (Shirley MacLaine). Momen saat malam tahun baru, Bud yang meninggalkan pesta membuat Fran menyadari bahwa pria itu adalah orang yang benar-benar mencintainya. Ini sering disebut-sebut sebagai momen paling romantis malam tahun baru di film Hollywood. The Apartment adalah hasil karya Billy Wilder, salah satu sineas kenamaan di era keemasan Hollywood. Lewat The Apartment dia menjadi orang pertama yang memenangi Academy Awards sebagai produser, sutradara, dan penulis skrip untuk film yang sama. Sunset Blvd. (1950) Nah, satu lagi film klasik dari Billy Wilder, tapi kali ini bergernre noir. Sunset Boulevard bercerita tentang kejadian sebelum ditemukannya mayat Joe Gills (William Holden), screenwriter yang bekerja untuk film-film Hollywood. Pertemuannya dengan Norma Desmond (Gloria Swanson), seorang aktris film bisu yang berencana membuat film tentang Salome. Norma yang tertarik pada Joe, memberinya pakaian mewah dan mengundangnya ke sebuah pesta malam tahun baru. Di sana Joe baru mengetahui bahwa dia adalah satu-satunya tamu dan juga menyadari bahwa Norma mencintainya. ***** Sebenarnya masih banyak film-film yang bernuansa malam tahun baru, tapi rasanya daftar di atas sudah lebih dari cukup. Nah, mumpung masih ada waktu sebelum akhir tahun, Kawan Kutu bisa mulai persiapkan film-filmnya. Selamat berlibur Kawan Kutu!
- Kutu Kasur Sebelum memulai membaca ini, saya pastikan tulisan ini mengandung spoiler setara level War Greymon di Digimon, dan dalam beberapa poin akan terasa serta terkesan sangat subjektif(karena memang iya). Saya tidak bilang kalau saya die hard fans-nya Star Wars, bahkan untuk trilogi prekuelnya, saya belum pernah menontonnya sampai tuntas, tapi bohong kalau film ini tidak membuat saya(dan sebagian besar penonton lainnya)beberapa kali melonjak kegirangan dan bersorak seperti anak-anak lihat Power Rangers atau Kamen Rider jumpalitan lawan musuh. JJ Abrams membuktikan kata-katanya yang mengatakan bahwa, meskipun dia dikenal sebagai seorang yang membangkitkan Star Trek, dia adalah seorang pengagum Star Wars. Sebelumnya pasti cukup banyak yang sangsi dan "ketakutan" akan kelanjutan film Star Wars ini, terlebih saat ada berita menghebohkan dimana George Lucas "menjual" Star Wars pada Disney. Pikiran tentang Princess Leia yang akan dipermak seperti Cinderella atau Han Solo yang akan berpenampilan layaknya Pangeran Henry sempat "seliweran" dalam kepala, tapi ternyata Disney tidak berani "merusak" franchise ini seperti apa yang mereka lakukan terhadap Avengers. JJ Abrams lolos dari lubang jarum. Untuk meringkas basa-basi, let's start the review 1. Storyline. Mengambil setting 30 tahun setelah Luke berhasil memulangkan Darth Vader kembali kehadirat-Nya, pada film kali ini diceritakan keseimbangan antar galaxy kembali goyah karena munculnya kembali pasukan yang kini dipimpin oleh Darth Vader fanboy, Kylo Ren. Pada adegan prolog saya sudah dibuat berdecak kagum, dimana beberapa Stormtrooper berhasil menembak sesuai sasaran, perbedaan setting 30 tahun ternyata membuat kemampuan mereka sedikit meningkat. Selain itu, tidak seperti film-film sekuel lain yang merasa perlu untuk menyisipkan adegan-adegan dari film terdahulu, terlebih bila jarak sekuel memiliki jangka waktu yang cukup panjang, Star Wars merasa PD dengan tidak "merefresh" memori dengan cara itu, karena ya, tanpa cara itu dan cukup dengan memunculkan semua karakter original satu persatu, ruangan studio sudah cukup "berisik" dan mengeluarkan suara bapak-bapak dan emak-emak sok imut yang mengalami nostalgia. Plotnya pun lugas, tidak bertele-tele. Alurnya terus berkembang diawali oleh opening khas, dan diakhiri dengan ending maksimal. Sangat tertata dan mudah diikuti. 2. Trio B̶e̶l̶a̶n̶d̶a̶ -Indonesia- Pada dekade 80-an silam, dikenal istilah Trio Belanda dalam dunia sepakbola, dimana ada 3 orang Belanda yang dapat membawa klub asal Liga Italia menggapai puncak kesuksesan. Indonesia, kini juga menyumbang trio-nya di dunia perfilman untuk ikut menghiasi "etalase" cast dalam Force Awakens. Pasti sekitar beberapa persen dari penonton Star Wars tanah air rela mengantri panjang hanya untuk menyaksikan Trio IYC(iko-yayan-cecep, baru denger istilahnya? iya, saya baru aja buat itu), yang beken lewat film fenomenal The Raid. Meskipun pasti, mereka yang memiliki tujuan utama menyaksikan trio ini pasti kecewa karena mereka hanya disorot sekitar 10 detik dan hanya Yayan yang memiliki dialog(itupun dengan bahasa alien yang sepertinya berasal dari Sunda). Tapi trio ini pastilah memiliki daya tarik tersendiri dan ditunggu scenenya oleh para penonton, selain itu terlepas dari durasi yang mereka dapatkan untuk tampil, mampu terlibat dalam sebuah proyek yang menjadi ikon pop culture dalam beberapa dekade terakhir tentu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, utamanya bagi dunia perfilman nasional. 3. Twist "i am your father". Jegeeeerrr!!! twist di akhir Empire Strikes Back itu pasti akan selalu menjadi line iconic dari Darth Vader, dan menjadi sebuah twist dengan kesan tersendiri. Star Wars sepertinya senang dengan twist yang melibatkan bloodline karena sekali lagi, disini mereka menghadirkan hal tersebut. Siapa kali ini? You ready? I'm not gonna hold it, it's Kylo Ren. Who is Kylo Ren exactly? well, Kylo Ren real name is Ben Ben's full name is Ben Solo. Yap, Kylo Ren is Han Solo and Princess Leia's son who's consumed by dark side. Your mind blew already? 4. New Character. Force Awakens sepertinya menjadi peralihan tongkat estafet untuk generasi Star Wars selanjutnya. Finn, Poe, dan Rey(yang tingkat "kemulusannya" lebih mulus, bahkan dari masa depan Setya Novanto di kursi DPR), serta BB8 sang droid "imut" memainkan peran ciamik yang mengimbangi hype penonton menyaksikan karakter original yang muncul satu-persatu. 5. The Drama Kurang rasanya menyaksikan Star Wars tanpa drama, Luke-Leia-Han yang sebelumnya terlibat cinta segitiga hingga akhirnya mereka mengetahui bahwa Luke dan Leia ternyata adalah saudara kembar, atau ketika Han Solo membuat saya menangis ketika ia "dibekukan" oleh Darth Vader, dalam Force Awakens, drama tersebut saya rasa mencapai puncaknya. Kylo Ren, yang terobsesi mendapat kekuatan yang mampu menyamai Darth Vader, memutuskan membuat saya(literally)menangis untuk kedua kalinya. Han Solo tewas ditangannya. . Ia memutuskan untuk membunuh Han, ayahnya sendiri, demi mendapatkam kekuatan kegelapan seutuhnya. Silahkan siapkan bahu siapapun, trust me, you're gonna need it. 6. The Lightsaber Battle. Star Wars tanpa pertarungan lightsaber? Seperti menyaksikan Bajaj Bajuri tanpa Bajaj atau tanpa Bajuri- nya. Tidak lengkap, dan pertarungan lightsaber pada Star Wars kali ini antara Kylo Ren dan Ray menjadi pertarungan dramatis di tengah salju . Emosi yang terpancar dari adegan pertarungan tersebut amat membawa penonton untuk hanyut dan ikut serta dalam pertarungan. 7. The Original Character. Star Wars : The Force Awakens memainkan timing yang cerdas dalam memasukkan setiap karakter original dalam film terbarunya, tidak ada karakter yang dipaksa "diselipkan" dalam adegan, semua adegan pengantar para karakter original untuk dimasukkan menghadirkn gumaman "anjiiiirrr kereeenn!!", "akhirnyaa keluaarr jugaa merekaa", "aaaaaakkk"(kemudian satu studio melihat ke arah mba ini(ini pengalaman saya), dan sama sekali tidak memberi kesan "dipaksakan". Well, sebetulnya masih cukup banyak hal yang dapat saya bagi dalam tulisan ini, tapi lebih baik kawan kutu meluangkan 120 menit untuk "experience it by yourself", karena bagi saya film ini bukan jenis film yang akan saya ceritakan detail dalam sebuah tulisan, ini adalah jenis film yang mati-matian saya rekomendasikan untuk disaksikan. May the force be with you. Rating : AAA -Kutu Klimis-
|
SEARCH
GET NOTIFIED
Archives
August 2017
|