Pertama-tama saya ingin mempormosikan film ini, bukan karena saya sutradaranya atau siapanya, tapi karena film ini film drama terbaik all the time. Menurut saya. Berlebihan? Jelas tidak. Saya cenderung skeptis terhadap film film drama, tapi saya tidak apatis. Saya terus mempertanyakan "Apa sih yang dicari dalam film drama?". Endingnya? Biasanya ending film drama, kalau engga bahagia banget ya sedih banget. Cuma ada dua. Dan notabene film drama, adalah film yang melulu tentang cinta dan cengeng-cengengan. Bahkan pernah saya ada di suatu taraf " Film drama itu busuk." Tapi american beauty menawarkan keindahan dalam kebusukan. Film ini menceritakan kompleksnya kehidupan orang orang kelas menengah di amerika. Lester (Kevin Spacey) adalah seorang orang yang biasa biasa saja, tidak spesial di hidupnya. Lester terlalu banyak mengeluh, kehidupan rumah tangganya bisa dibilang sangat boring apalagi tentang kebutuhan batinnya, lester selalu merasa kering karena sangat jarang bercinta dengan istrinya, Carolyn (Annete Bening). Carolyn seorang wanita workaholic, terobsesi dengan pekerjaannya, entah karena dia tidak betah dirumah atau memang dia gila kerja. Bahkan anak perempuannya, Jane (Thora birch) sama sekali tidak diperhatikan. Jane tumbuh menjadi anak yang minder, cuek, bahkan cenderung terlihat seperti berandalan. Tapi jane punya sahabat bernama Angela (Mena Suvari) yang berlawanan darinya. Angela tumbuh menjadi remaja seksi, senang menggoda, humble bahkan ayah jane, si lester ini terobsesi dan menjadi angela sebagai fantasi seksnya di setiap malam. Lester merasa sudah sangat jengah dengan hidupnya yang gitu-gitu aja, akhirnya dia bertemu tetangga barunya yang membawa dia ke kehidupan yang engga gitu gitu aja, Ricky Fitts (Wes Bentley). Ricky ini juga ternyata menyukai anaknya Lester, jane. Hubungan ketiganya bagaikan simbiosis mutualisme kupu-kupu dan bunga, ketiganya diuntungkan. Tapi perubahan sikap dari lester ini menimbulkan konflik yang sistemik terhadap orang disekitarnya. Hubungan dia dengan istrinya jadi amburadul, Hubungan Ricky dan ayahnya jadi berantakan, Hubungan Jane dan Angela, si nona seksi juga jadi putus di tengah jalan. Dan pada akhirnya, bukan kebahagiaan yang didapat tapi sebuah refleksi dari kehidupan kehidupan manusia kelas menengah yang dijalani oleh lester. Endingnya cukup "Mindfuck", tapi saya akan mendapat dosa besar jika memberitahu endingnya secara gamblang. Lalu apa spesialnya film ini dibanding yang lain? Bagi yang sadar, film ini adalah sebuah kritik sosial terhadap budaya materialisme seorang anak manusia. Satir Satir yang ada di film ini juga cukup banyak. Ambil saja contohnya, bagaimana kelakuan istrinya lester yang sering menganggap dirinya lebih tinggi daripada lester karena punya gaji yang banyak, tapi pada akhirnya penonton bisa berkesimpulan sendiri bahwa istrinya bahkan tak lebih baik daripada lester. Dan misalnya, pada kasus angela, bagaimana si cewe seksi dan sering dijadikan objek fantasi pria-pria justru pada akhirnya berakhir menjadi wanita yang minderan bahkan tidak lebih cantik dari jane. Film ini mencoba menyadarkan kita akan frasa "Dont Judge a Book By The Cover". Klise memang, tapi memang sudah seharusnya seperti itu. Sadar atau tidak sadar, filosofi yang dibawa oleh film ini sangatlah besar. Bagaimana manusia harus bisa melihat dari cara pandang yang jernih, Bagaimana kejenuhan seorang manusia yang hanya terus bekerja bekerja tanpa pernah tau esensi dari apa yang dia kerjakan seperti apa, dan banyak lainnya. Untuk urusan kualitas film, apa perlu dipertanyakan bagaimana kualitas sebuah film yang mendapatkan 5 piala oscar dalam satu tahun? Itu pertanyaan bodoh. Kevin spacey yang menurut saya sudah sangat jenius di usual suspect, di film ini kejeniusannya akan bertambah dua kali lipat. Tak heran kalau dia dapat best actor di film ini. Semua pemeran di film ini, menjalankan proporsinya dengan baik. Saya mencoba mencari kekurangan film ini, dan kekurangannya sebenarnya hanya satu: "Durasi filmnya kurang lama, saya ketagihan!" Bagi yang jenuh dengan kehidupan yang gitu-gitu aja. Tontonlah film ini, film ini adalah refleksi masyarakat kita dalam keseharian. Film ini adalah refleksi problematika kaum kaum menengah sehari-hari. Gampangnya, menonton film ini ibarat menonton kisah kita sehari-sehari. Tapi kadang kita terlalu naif, dan enggan mengaku kalau kehidupan kita sebenarnya membosankan. OVERALL: 120/100 Ditulis oleh: The Kutu Rambut
1 Comment
Drama memang klise? Tidak sepenuhnya benar. Kecuali anda menonton drama FTV siang bolong di stasiun televisi yang ceritanya anak yang selalu disiksa ibu tirinya. Kali ini saya akan mereview 5 film drama terbaik 2013. Untuk penggemar film drama, terutama kaum wanita, ajak dan paksa pacar anda yang pasti tidak mau ikut menonton. 5. Gravity Film yang dibintangi Sandra Bullock ini bercerita tentang Seorang Astronaut Dr. Ryan Stone yang pesawat luar angkasanya hancur dan kemudian harus bertahan hidup menemukan pesawat ulang alik yang lain untuk kembali pulang ke bumi. Film yg disutradai Alfonso Cuaron ini berhasil mendapat banyak pujian dan memenangkan Piala Oscar dalam kategori Sutradara Terbaik. Efek CGI canggih pun menambah tiap adegan dalam film ini terasa nyata dan menggambarkan betapa indahnya luar angkasa dan juga betapa mengerikannya bila terjadi hal yang tidak diinginkan. 4. Captain Phillips Berdasarkan kisah nyata pada tahun 2009 tentang perompakan Somalia, Tom Hanks didaulat sebagai pemeran Captain Phillips. Film drama thriller ini berusaha untuk menjaga perspektif antara tindakan perompak Somalia dengan Captain Phillips. Bahwa antara perompak Somalia dan semua krew kapal termasuk Captain Phillips hanya berusaha untuk bertahan hidup. Film ini berhasil menceritakan keberanian Captain Phillips dalam menghadapi perompak Somalia, film yang berbudget 55 juta dollar ini berhasil memperoleh pendapatan 218 juta dollar. 3. Her Penggemar Scarlet Johansson harus menonton film ini. Walaupun hanya sebagai pengisi suara. Bersetting pada masa depan, dengan Theodore Twombly (Joaquin Phoenix)sebagai pemeran utama, Her menceritakan tentang seorang duda yg baru bercerai dan menjalin hubungan dengan OS komputer AI (=Artificial Intelligence) seperti robot yang memiliki intelegensi manusia hanya saja tidak memiliki bentuk, hanya suara pada komputer. Scarlett Johansson mengisi suara sebagai OS komputer AI bernama Samantha. Saya begitu menyukai film ini karena menggambarkan masa depan yang kompleks dengan kemajuan teknologi. 2. 12 Years A Slave Film rasisme merupakan film favorit saya karena menceritakan kompleksnya kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan memoir Solomon Northup pada tahun 1841 , film ini menceritakan tentang seorang warga Afrika Amerika yang diculik dan dijual ke perbudakan. Dengan budget 20 juta dollar film ini berhasil meraih pendapatan 178 juta dollar dan menyabet banyak nominasi oscar. Lupito Nyong'o pun berhasil meraih piala oscar dalam kategori Aktris Pendukung Terbaik. Banyak momen2 menyentuh yang bisa membuat anda sadar bahwa rasisme merupakan hal yang sangat salah. Saya pun mengagumi sosok Abraham Lincoln karena dia berhasil menghapus perbudakan di Amerika yang berlangsung di Amerika selama 240 tahun. 1. Dallas Buyer's Club Walaupun diproduksi oleh production house tidak terkenal dan juga budget yang kecil, tapi penampilan Matthew McConaughhey dan Jared Leto sangat superior. Matthew berperan sebagai Ron Woodrof, seorang junkie (=pemakai obat2an) pengidap AIDS yang badannya amat kurus. Jared Leto berperan sebagai transgender yang juga mengidap AIDS. Bercerita tentang Ron yg menyelundupkan obat2an untuk pengidap AIDS dari Mexico. Dan juga menjualnya kepada pengidap AIDS yg lainnya. Disebutlah Dallas Buyers Club. Proses pengurusan badan memang bukan hal yg baru di Hollywood, seperti Christian Bale dalam The Machinist. Tapi yang membuat saya kagum kepada Matthew adalah bagaimana dia tenggelam dalam perannya dan seolah benar-benar menjadi Ron Woodrof pengidap AIDS yang sebenarnya. Ini merupakan salah satu film drama terbaik 2013, Matthew McConaughhey dan Jared Leto berhasil meraih Piala Oscar dalam kategori Aktor Terbaik dan Aktor Pendukung Terbaik, dan menurut saya, mereka memang pantas memenangkan penghargaan itu. Mungkin hanya itu 5 film drama terbaik menurut saya, menurut anda bagaimana? Beritahu kami dalam section comments! Lihat tulisan saya sebelumnya dalam 5 film komedi terbaik 2013 , dan tunggu tulisan saya dalam :
-5 film horror terbaik 2013 -5 film action terbaik 2013 -5 film superhero terbaik 2013 -5 Film Animasi terbaik 2013 Oleh : Kutu Kamar Captain: "Raise the t'gallants!" Crew: "Raise the t'gallants!" "Out of the way!" Captain: "Brace up another five degrees!" Quartermaster: "Five degrees! - Five degrees!" Captain: "Bring her up into it." "More! Brace up a little more! More! That's well!" Quartermaster: "That's well." Crew: "Hold on!" Captain: "Now bring her up into it." "More, damn it." "Like this!" Crew: "Aye, Captain!" Captain: "There. Hold it there. Hold her tight. Speed! Again, please!" Crew: "Time! Seven and a half knots!" Quartermaster: "All right, ladies, get some rest. In a few hours, things are gonna get awfully interesting." Black Sails, dari namanya saja sudah tersirat jelas kalau film serial ini tentang kelautan, dan tentunya gelap, hitam, dan jahat. Ditambah lagi dengan poster serial ini, sudah pasti anda tau film ini bercerita tentang bajak laut. 25 Januari 2014 lalu, Jonatahan E. Steinberg & Robert Levine membawa penonton dibawah naungan Starz Channel ke dalam kunonya laut dan kepulauan bahamas di tahun 1715, pada saat masa keemasan bajak laut (Golden Age of Piracy). Dimana Hukum setiap bangsa beradab menyatakan mereka (bajak laut), sebagai "hostis humani generis", (musuh seluruh umat manusia). Sebagai tanggapan atas predikat tersebut, para perompak mendoktrin diri mereka untuk "war against the world". Anda pecinta Pirates of The Caribbean ? ya, saya juga salah satu fans dari film yang dibintangi johnny depp tersebut. Tapi jangan salah sangka , anda mungkin akan tidak sependapat dengan saya, bila saya bilang bahwa Black Sails, jauh lebih menggambarkan kehidupan bajak laut pada eranya ketimbang POTC. dan belum tentu juga anda akan suka serial ini apabila membandingkannya dengan POTC. Saran saya buang jauh-jauh Jack Sparrow dan koleganya, dan siapkan memori anda untuk meresapi setiap percakapan para bajak laut, diantaranya, Captain Flint (Toby Stephens), Eleanor Guthrie (Hannah New), John Silver (Luke Arnold), Captain Charles Vane (Zach McGowan), Anne Bonny (Clara Paget), Calico Jack Rackham (Toby Schmitz), Mr. Gates (Mark Ryan) dan bajak laut sinting lainnya. Niat! ya niat, series-maker dari luar negeri memang penuh dengan totalitas, tema film dan garapannya pasti selalu membuat kita asik menonton, seakan-akan lupa waktu dan tempat , dan masuk ke dunia karangan visual tersebut. Starz, membuat semuanya tampak asli ! ya, kapal galleon yang akan kalian liat di serial ini benar-benar asli, asli bukan grafik atau studio set, namun hasil karya tangan 300 orang pekerja. Starz kali ini benar-benar tidak main-main dalam mengerjakan serial anyar ini, ditambah dengan keikut sertaan sang produser Michael Bay , menambah serial ini menjadi tontonan yang patut diikuti di 2014 ini. Naah, seperti biasanya, semua serial garapan Starz agak sedikit berbeda, mereka saya sebut agak sedikit “liar dalam aturan”, ya kalau kalian menonton Spartacus, dan Davinci’s Demons, mungkin anda tahu maksud saya. You’ll found a lot of blood & boobs ! lol Serial yang di produseri oleh penggarap film Transformers dan Armageddon Ini, sudah season-finale di episode VIII, sekitar 2 minggu lalu. Tampil berbeda dengan serial-serial tv lainnya yang menggunakan judul sebuah kalimat, Black Sails memberi judul per episodenya dengan angka romawi, what an epic. Sampai saat ini, saya pribadi merekomendasikan anda para penggila harta & lautan untuk menonton serial ini. Rumornya season berikutnya akan rilis di tahun 2015. Ini menimbulkan tanda Tanya? Apakah season 2 yang katanya sudah kontrak 10 episode akan menggelegarkan otak penonton setelah sekian lama rehat? Atau malah sebaliknya? Atau? Atau? Atau? Ya sisanya saya kembalikan kepada anda. Oleh : Kutu Ular Saya selalu kagum dengan orang-orang yang berani meninggalkan kehidupannya demi sesuatu yang mereka anggap lebih besar dari kehidupan nya itu sendiri..
"Idealism." they said. The term idealism (according to my self) refers to a ways of living, thinking and doing. I believe every people has their own way and its different with each other. Well, you know, the differences were formed by society, culture, religion, govt, and family. In other words, saya mau bilang bahwa pihak pihak yang punya otoritas itulah yang menciptakan idealisme dalam kehidupan kita. Banyak orang mengikuti arus ideal tersebut.Sedikit orang membuat arus idealnya sendiri. Saya yang terhitung dalam kategori "banyak" ini menganggap sedikit orang tersebut adalah orang orang yang istimewa. .............................. Tunggu dulu, dont get me wrong. Saya tidak ingin membahas tentang sebuah idealisme atau betapa idealisnya seseorang. Terlalu sensitif. Saya adalah makhluk realistis. Who we are is not static, We are a constant evolution. Jadi, Ini hanya sedikit cerita kekaguman dari saya yang tidak pandai bercerita. Lalu? Begini. Beberapa kali saya jatuh cinta pada karakter-karakter fiksi dalam sebuah film. Jack Skellington adalah alasan saya untuk berdandan seperti Sally pada Halloween tahun lalu. Ichabod Crane, Flynn Rider, Joel Barish, Lizbeth Salander.I wish they were real... Kecuali, Alexander Supertramp. Saya berharap dia hanya sebuah tokoh fiksi dalam film Into the Wild. Saya berharap dia hanya sekedar imajinasi Sean Penn, sang sutradara atau Jon Krakauer, sang penulis. Saya berharap dia tidak nyata. Karena realitas bukanlah tempat untuk seorang Supertramp. Seorang petualang- a super foot traveler dengan segala keanarkian nya, memberikan saya pelajaran tentang sebuah kesederhanaan. Dan.. Saya harus sadar bahwa dia tidak dilahirkan dari sebuah imajinasi atau diciptakan menjadi tokoh fiksi. Dia nyata. Dia ada. Dia pernah hidup. Orang tua nya memberi nama Christoper Johnson McCandless saat ia lahir. Chris adalah anak yang beruntung , dibesarkan di lingkungan keluarga yang dihormati secara prestasi dan materi. Kedua orang tua nya sukses berkontribusi dalam industri dirgantara Amerika. Kemauan Chris yang keras sudah terlihat sejak kecil. Dia sungguh cemerlang. Hubungan kedua orang tua nya yang tidak lagi harmonis memaksa Chris dan adiknya melihat hal hal yang begitu menyakitkan. Setiap hari, rasa sakit itu membusuk jadi pahit. Kepahitan sekaligus Kehormatan menjadi bagian keluarganya. Hal-hal itu- matrealism of society, menjadi sangat memuakan bagi Chris. Betapa ingin, ia menertawakan dan menghina karakter karakter kapitalis masyrakat. Selama 4 tahun, Chris dipenjara oleh hal hal akademik demi menuruti kemauan orang tua nya. Ketika ia lulus menjadi sarjana, Ayah `nya memberikan sebuah Cadilac sebagai ganti mobil tua yang selama ini ia kendarai. Chris tidak membutuhkan hadiah kelulusan dari ayahnya. Chris menolaknya mentah-mentah. Memang, hubungan Chris dan ayahnya tidak pernah matang dan sedap untuk dinikmati. Hal-hal yang Chris nikmati hanyalah buku-buku yang banyak menginspirasinya. Karya-karya Leo Tolstoy, Jack London, H.D Thoreau dijadikan sebagai parafrase yang membantunya hidup dan memahami banyak hal. Haduh.. Saya bosan sekali menceritakan kehidupan Chris sebelum ia lahir menjadi Alexander Supertramp.Saya juga bosan menyebutnya dengan nama Chris. Saya lebih suka menyebutnya Supertramp. Alexander Supertramp. An Extremist. An Aesthetic Voyager. Begitulah ia menamai alter ego nya. Tahun 1990, Supertramp memutuskan untuk tidak lagi meracuni dirinya dengan peradaban masyrakat. Terlalu lama dia menjadi Chris, menderita penyakit-penyakit moral dan berobat pada formalitas-formalitas nilai. Dia sungguh ingin melepas ikatan-ikatan apapun yang melabel dirinya. Ia meninggalkan keluarganya, Ayah Ibu yang selalu berpura-pura- seperti bermain peran menjadi orang tua. Ia meninggalkan adiknya, satu satunya teman bicara. Ia menggunting kartu kredit dan tanda pengenalnya. Ia mendonasikan seluruh uang tabungan akademis kepada lembaga amal, meninggalkan mobil tua kesayangan, dan membakar dollar-dollar terakhir yang ia miliki. Money makes people cautious, pikirnya. Dua tahun, Supertramp berjalan dengan boot kulit dan ranselnya. Bersenang-senang tanpa tujuan. Hingga akhirnya datang sebuah petualangan besar. An Odyssey to North, the climactic battle to kill the false being within… Selama setahun, Supertramp memimpikan petualangan nya ke Alaska. Ia ingin pergi ke Alaska. Ia ingin berada di alam putih utara. Di belantara Alaska. Just be there! Just on his own ! No fucking watch, no map, no ax, no nothing. Nothing. Just be out there in it. In big mountains, rivers, sky, game.. getting out of sick society. Ketika Supertramp mempersiapkan petualangan terbesarnya, Ia beberapa kali menjumpai orang-orang, berbagi cerita tentang perjalanan nya. Orang-orang ini banyak membantu Supertramp. Mereka seperti….heran?takjub?kagum?terinspirasi? (apapun itu namanya) Mereka menyayangi dan merindukan Supertramp. Sebelum musim semi, Supertramp sampai di Fairbanks, Alaska. Ia membawa 10 pound beras, senapan, beberapa buku dan peralatan kemping untuk memulai kehidupannya di alam liar. Inilah puncak petualangan nya.. The climactic battle to kill the false being within.. Not to be strong, but to feel strong To measure your self To find your self At least once in the most ancient of human conditions, facing the blind, deaf stone alone with nothing to help you but your hands and your own head. Di penghujung musim semi, suatu ketika Supertramp membaca karya Tolstoy yg berjudul Family Happiness. Ide-ide tentang kebahagian itu mendatangi Supertramp. People, Family, Rest, Nature, Books, Music, Love, Mate, and Children…What more can a heart of man desire?... Supertramp memutuskan untuk meninggalkan Alaska. Mungkin kembali menjadi Chris . Chris yang selalu berkata “Thank you, I just don’t want anything” kepada ayahnya.,Chris yang beremansipasi dari kontrol orang tua, Chris yang membenci matrealisme berlebihan, atau…. Chris yang menyadari bahwa kebahagian itu hanya nyata ketika dibagi? Tidak tahu... Saya hanya berharap Supertramp tidak nyata. Karena saya mengagumi kesederhanaannya, Idealisme yang menyadarkan saya tentang begitu banyaknya kenyamanan-kenyamanan yang salah Terima kasih, Supertramp... Saya berharap kamu hanya Chris. sayang... kenyataan bukan untuk si Idealis. Oleh: Kutu-kan Filmnya memang benar benar filmnya orang gila, baik secara harfiah atau tidak. Dan karena saking gilanya, film ini bertengger di top 250 film IMDB dengan rating 8,8. Pernahkah anda berpikiran bahwa sekumpulan orang gila bisa dijadikan kisah menarik yang nantinya memenangi 5 nominasi oscar? Atau pernahkah anda punya rasa penasaran sedikit saja dengan apa yang 'orang berpenyakit mental' lakukan di rumah sakit jiwa? Saya rasa yang menjawab iya hanya hitungan jari.
Film ini mengisahkan tentang kehidupan dan aktivitas sehari sehari pasien rumah sakit jiwa di rumah sakit. Awalnya semua berjalan seperti biasa biasa saja sebelum orang yang bernama Randle Mc Murphy (Jack Nicholson) datang. Mc Murphy sebenarnya tidak sakit jiwa, dia hanya seorang pria bermasalah dengan emosinya karena seringkali melakukan penyerangan dan pemerkosaan. Terlanjur basah, Mc Murphy pun mau tidak mau harus berinteraksi dengan orang orang yang berpenyakit mental disini. Ada yang bermasalah dengan kecemasannya, selalu curiga, hingga ada salah satu tokoh favorit saya yaitu Martini (Danny Devito) mengidap penyakit mental melakukan hal yang aneh berulang ulang. Martini akan membuat anda tertawa disela sela film anda yang cukup lambat ini. Mcmurphy pun mencoba untuk menjadi 'Gila' demi meladeni orang orang gila ini. Tapi tetap saja, jiwa McMurphy yang meledak meledak seolah susah terobati .McMurphy melihat ada yang salah dengan perawatan orang gila ini tak ayal McMurphy pun mencoba melakukan revolusi revolusi kecil untuk para kawan kawannya di bangsal ini. Contohnya, dia mencoba memaksa suster untuk mengajak mereka menonton piala dunia, membawa kabur mereka ke tengah laut untuk memancing dan yang paling parah membawa minum minuman keras kedalam bangsal dan berpesta disana. Tidak hanya itu, McMurphy seolah menjadi pahlawan untuk para pasien disana. Mengapa tidak? Sebelum dia datang, semua membosankan dan dipenuhi nafas nafas curiga dan kecemasan. Setelah dia datang suasana begitu ceria dan hidup, seakan mereka sudah tidak mempunyai sakit mental lagi. Dan Jika ingin kabur, sebenarnya McMurphy sudah bisa kabur dari sejak kapan ia mau, tapi dia merasa nyaman dengan kawan kawan gilanya. Dan pada akhir Mc Murphy berencana kabur, dia akhirnya tidak jadi kabur dan pesta yang diadakan di bangsal ketahuan oleh semua pengurus rumah sakit. Dan terjadi akhir yang tidak mengenakan untuk murphy dan kawan kawan gilanya. Akhir yang sangat tidak mengenakan juga buat saya pribadi. Banyak hal yang perlu kita berikan selamat kepada film ini. Semua pemeran di film ini menjalankan perannya dengan sangat baik, baik penjaga rumah sakit yang bertindak cukup kejam, dan juga kepada para pasien yang tingkah polanya pasti membuat anda tertawa ataupun menaruh rasa iba kepada mereka. Jalan ceritanya pun bisa dibilang tidak terlalu ribet, durasi dua jam pun tidak akan terasa lama karena film ini bukan film yang alurnya lambat. Yang membuat saya berani bilang kalau ini film cukup berat adalah nilai moral yang diemban oleh film ini. Film ini menyadarkan kita dan sedikit menggambarkan, apa yang mereka lalui di rumah sakit. Manusiawi atau tidaknya mereka diperlakukan seperti itu, biarkan setiap orang punya perspektif sendiri sendiri. Dan film ini seolah memberikan pesan, kalau rumah sakit jiwa yang penuh dengan rutinitas hanya akan melanggengkan penyakit mental mereka. Tidak mengenal dunia luar, tidak ada sesuatu yang berbeda, itu malahan justru yang membuat rasa sakit mental mereka semakin besar. Interaksi yang dilakukan pun hanya dalam lingkup formal bukan mengalir apa adanya, ketika gerombolan orang ini memancing McMurphy berakhir menjadi pahlawan tidak hanya untuk teman temannya, tapi untuk saya pribadi dan mereka yang bisa mengambil nilai dari film ini. Rutinitas akan membunuh kita semua, dari dalam. Berliburlah! Oleh: Kutu Rambut |
SEARCH
GET NOTIFIED
Archives
August 2017
|