MENGANDUNG SPOILER!! Episode 2 di Season 7 dibuka dengan cukup kuat, lewat dialog mantap dari Dany dan Lord Varys di tengah gemuruh hujan dan petir di Dragonstone. Banyak kenikmatan lain yang tersaji pada episode kali ini, yang entah mengapa mampu membuat saya merinding takjub hampir di sepanjang episode ini berlangsung. Dengan sisa 5 Episode lagi di Season 7, Showrunners benar-benar merealisasikan kepadatan cerita dan pace cepat, yang dibarengi dengan kerapian eksekusi penyajian. Nuansa reuni nampaknya menjadi hal yang diusung pada episode ini, yang diawali dengan tibanya Melisandre di Dragonstone, guna mengabdi (kembali) kepada pemangku tahta Westeros ‘sesungguhnya’. Sementara dari King’s Landing, Cersei tengah mencoba mengumpulkan calon-calon potensial ‘Allies’, sekaligus menciptakan senjata penangkal Naga Dany yang kedatangan Melisandre, telah mendapat kabar tentang ‘King in The North’ yang baru, dan ingin bertemu langsung dengan Jon. Leadership skill yang memukau kembali diperlihatkan Jon ketika meyakinkan para koalisinya untuk tetap tenang mengenai langkah berisiko yang ia ambil dengan menemui Dany. Pesan dari Samwell juga telah sampai kepada Jon, perihal sumber daya Dragonglass di Dragonstone. Momen penuh romansa pun terjadi lewat perpisahan intim sebelum bertugas dari Missandei untuk Grey Worm. Di sini, akting natural dari sepasang insan yang tengah jatuh cinta disajikan dengan balutan pernyataan yang cukup romantis dari Grey Worm. Mimik wajah Grey Worm, gestur Missandei, dan bentuk komunikasi canggung mereka, sangat menjelaskan bahwa keduanya memang tengah dimabuk asmara. Peter Dinklage, satu-satunya pemberi Golden Globe untuk serial ini, kembali unjuk gigi akan kemampuannya meramu taktik untuk merebut King’s Landing tanpa pertumpahan darah. Adegan adu argumen antara Tyrion, Dany, Olenna Tyrell, Yara Greyjoy dan Ellaria Sand di Dragonstone, menjadi salah satu momen terbaik di episode kali ini. Bagi Jorah Mormont, rasa-rasanya ada indikasi bahwa Greyscale yang dideritanya akan segera pulih. Terima kasih untuk tabib sekaligus ilmuwan baru di Westeros, Maester muda Samwell Tarly. Dari tengah westeros Arya memutuskan untuk mengubah haluannya setelah bertemu ‘Hot Pie’, teman lamanya yang jago bikin pai.
Perpindahan adegan yang nikmat dan sajian pace cepat di sepanjang episode, akhirnya memuncak lewat sebuah momen mengharukan buat Arya. Dan kembali membuat bulu kuduk saya merinding untuk kesekian kali. Saat tengah beristirahat dalam perjalanan, Arya dikepung segerombolan serigala, hingga muncul si pemimpin gerombolan serigala dengan tubuh yang lebih besar. Ya, dialah Nymeria (dibaca "Nigh-MEER-ee-uh", atau "Nih-MER-ee-uh"), Direwolf milik Arya yang diusir pergi lantaran menggigit Joffrey pada Season 1. Saat perjumpaan ini, Arya mencoba untuk berkomunikasi dengan Nymeria. Namun sayang, Nymeria yang sebenarnya masih mengenali Arya, pergi melengos begitu saja. Dan, janji Showrunners akan kepadatan cerita terjadi jelas di akhir episode. Sebuah peperangan khas bajak laut di perairan lepas nan gelap, tersaji antara ponakan dan paman. Euron Greyjoy menampakkan tajinya sebagai salah satu petarung ulung di jagat Game of Thrones. Bersama pasukannya, Euron harus melawan Yara, yang saat itu sebenarnya sedang mengangkut 3 anak haram Oberyn Martell. Walhasil, pertarungan penuh darah menjadi sajian akhir dari keseruan Episode Stormborn. - Kutu Butara
0 Comments
Sutradara: Christopher Nolan Penulis: Christoper Nolan Pemeran: Fionn Whitehead, Tom Glynn-Carney, Jack Lowden, Harry Styles, Aneurin Barnard, James D'Arcy, Barry Keoghan, Kenneth Branagh, Cillian Murphy, Mark Rylance, Tom Hardy Genre: Action, Drama, History, War Durasi: 110 menit "War...War never changes" Line tersebut memang bukan dari film terbaru besutan Christopher Nolan, tetapi sedikit banyak menggambarkan apa yang coba disampaikannya melalui Dunkirk. Kawan Kutu pernah merasakan bagaimana rasanya dalam situasi terhimpit? Dalam situasi tersebut biasanya kita akan melakukan hal-hal di luar akal sehat. Bisa kita ambil contoh dari dua kasus bunuh diri yang baru saja menghentak jagat berita. Mantan pacar Awkarin dikabarkan memilih untuk berhenti akibat himpitan masalah yang ia alami, dan juga vokalis band yang menemani sebagian besar masa kecil saya, Chester Bennington, juga memilih untuk "pulang" akibat terhimpit beban ketergantungan yang dialami. Dari dua kasus tersebut dapat kita tarik kesimpulan, bahwa tentunya berada dalam situasi di mana kita tidak memiliki banyak pilihan akan membuat mental kita jatuh. Lantas apa hubungannya dengan Dunkirk? Sebelumnya bagi Kawan Kutu yang bingung "bagian mana di perang dunia sih Dunkirk ini dan apa sih istimewanya?", saya akan sedikit memberi gambaran. Dunkirk adalah salah satu bagian sejarah Perang Dunia II. Kala itu 400.000 tentara gabungan Inggris dan Prancis berusaha untuk bertahan hidup dan keluar dari Dunkirk yang telah dibombardir dan dikepung oleh 800.000 lebih tentara Jerman. Dunkirk merupakan nama daerah di Prancis, yang menjadi latar film ini. Battle of Dunkirk merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Perang Dunia. Sekitar hampir 330.000 tentara berhasil dievakuasi dari Dunkirk dengan bantuan, bukan hanya tentara, tapi juga warga sipil yang turut andil dalam evakuasi paling dramatis dalam sejarah tersebut. Bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi salah satu dari 400.000 orang tersebut? Well, tidak perlu basa-basi lebih lanjut, baru 5 menit adegan pembuka saya sudah mengetahui bahwa ini adalah film perang yang berbeda. Camera works, nuansa kelam namun teduh dan "indah", alunan musik sendu, dan perubahan adegan yang intens membuat Dunkirk berbeda dengan film perang lainnya. Kita tidak akan disuguhkan ledakan ala Fury (2014), chaos ala Hackshaw Ridge (2016), atau penyelamatan penuh drama ala Saving Private Ryan. Dunkirk menghadirkan rasa trauma akan perang dengan cara tersendiri. Menggunakan teknik pengambilan gambar yang ciamik, Nolan seolah membentuk "pengalaman" turut berada dalam medan peperangan bagi penontonnya, terlebih ditambah dengan paduan backsound yang detail. Suara ledakan yang meski tidak sering namun membekas, suara napas, teriakan, degup jantung yang tak beraturan, serta desingan peluru membawa penonton seolah turut berada di dalam peperangan. Dunkirk berjalan dalam tempo yang lambat dan dengan alur bercampur. Film ini sendiri dibagi menjadi 3 event, di mana masing-masing event menggambarkan secara detail bagaimana situasi Dunkirk di darat, laut, dan udara. Event tersebut pun berjalan dengan waktu yang berbeda. Nolan dengan dinamis memadukan ketiga timeframe berbeda tersebut kedalam satu layar, di mana kita tidak akan sadar pada awalnya bahwa film ini tidak berjalan linear. Suguhan teknik pengambilan gambar yang begitu mempesona membuat daya tarik film ini semakin bertambah. Adegan peperangan menggunakan pesawat tempur begitu terasa intens, dengan posisi pengambilan gambar beberapa kali diambil dari sudut sang pilot tempur yang sedang berjibaku dalam kokpit. Namun hal yang membuat film ini begitu membekas bagi saya adalah fakta bahwa Nolan mencoba untuk mengambil sisi lain dari Dunkirk. Tidak ada perayaan kemenangan di sini, tidak pula sebuah ending dengan pengibaran bendera tanda hegemoni. Dunkirk adalah film tentang bertahan hidup, tentang bagaimana seorang tentara yang berdiri tipis di ambang hidup dan mati ingin berusaha pulang. Hal ini dipaparkan secara eksplisit dengan penggambaran situasi perang yang begitu kelam.
Film dengan dialog minim ini tidak memiliki karakter utama secara gamblang. Selain itu pembeda antar karakter di sini hanya dilukiskan dengan pangkat orang tersebut dalam pasukan. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa bukan sisi personal yang ingin digambarkan oleh seorang Nolan dalam film ini, melainkan peristiwa Dunkirk itu sendiri. Meskipun dalam kredit setiap karakter memiliki nama, saya tidak begitu sadar momen di mana mereka saling memanggil nama dalam adegan. Beberapa adegan memperlihatkan bagaimana besarnya rasa putus asa beberapa tentara yang berada di sana, yang membuat kita begitu sesak menyaksikannya. Pendekatan terhadap aktor untuk karakter mereka pun dibuat "sama rata" di sini. Tidak ada satu karakter paling mencuat dari yang lainnya, sehingga penonton akan terfokus pada cerita, bukan pemerannya. Penggambaran Jerman sebagai musuh pun tidak dibuat secara gamblang disini, yang mana sepanjang film, tidak ada nama Jerman yang dicuatkan. They only referred it as "the enemy". Belakangan diketahui, hal tersebut dilakukan Nolan untuk membuat penonton penasaran dan mencoba untuk mencari tahu tentang fakta sesungguhnya dari peristiwa Dunkirk ini. Film yang juga menjadi debut bagi Harry Styles ini, bagi saya kembali berhasil membuat nama Nolan semakin mantap di jajaran sutradara kelas wahid. Bertindak sebagai sutradara dan penulis, Nolan yang juga dibantu oleh Hans Zimmer di bagian scoring, berhasil menambah portofolio perfilmannya dengan genre baru yang mampu direpresentasikan dengan detail dan khas. A cold blooded war movies yet a touching one. Rating: 9,5/10 Catatan: Pengalaman menonton film ini akan lebih terasa maksimal bila disaksikan di studio IMAX. - Kutu Klimis Jigsaw adalah film ke-8 dari franchise horor Saw, yang diawali pada tahun 2004 lalu. Film ini akan dibintangi oleh Mandela Van Peebles, Laura Vandervoort, Brittany Allen, Callum Keith Rennie, dan Clé Bennett. Film horor ini akan disutradarai oleh Michael dan Peter Spierig, duo asal Jerman yang dikenal melalui film-filmnya seperti Undead (2003) dan Daybreakers (2009). Mereka akan dibantu oleh Josh Stolberg dan Pete Goldfinger sebagai penulisnya. Jigsaw rencananya akan rilis sekitar Halloween tahun ini, atau lebih tepatnya pada 27 Oktober mendatang. - Kutu Butara & Kutu Kasur Film sekuel dari Kingsman: The Secret Service ini akan dibintangi oleh Colin Firth, Julianne Moore, Taron Egerton, Mark Strong, dan Halle Berry. Disutradarai oleh Matthew Vaughn, Kingsman: The Golden Circle akan rilis pada 22 September 2017 mendatang. - Kutu Butara & Kutu Kasur Film dokumenter ini akan mengisahkan tentang sejarah perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Lebih tepatnya di Pulau Banda, Maluku. Selain mengulik seputar rempah-rempah, film ini juga akan membahas beberapa hal yang terjadi di Banda. Seperti peristiwa genosida dan konflik agama pada 1999. Juga bagaimana Banda menjadi saksi awal kolonialisme dan tempat pembuangan para tokoh perjuangan Indonesia. Film ini adalah hasil karya Sheila Timothy, selaku produser dan sutradara Jay Subiakto. Nantinya, film ini akan dirilis dengan dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Ario Bayu akan bertindak sebagai narator bahasa Inggris dan Reza Rahardian sebagai narator untuk bahasa Indonesia. Banda: The Dark Forgotten Trail akan rilis pada 3 Agustus mendatang. - Kutu Kasur |
SEARCH
GET NOTIFIED
Archives
August 2017
|