Mempercayai sebuah kebetulan bukanlah hal yang mudah untuk saya. Tapi nyatanya, hal itu selalu berakhir lebih baik ketimbang mempercayai apapun. Ya, setidaknya bukan sebuah kebetulan yang akan menjadi musuh dibalik selimutmu. Jika kebetulan adalah seorang teman, ia bisa menjadi teman yang sangat ramah, menyapa kamu dimana saja, di waktu yang tidak terduga. Berhati-hatilah karena kedatangannya mencurigakan tanpa nama. Lalu, anggap saja kebetulan itu sebagai sebuah mitos. Tidak ada yang tahu kebenarannya. Jadi terserah, ingin percaya atau tidak.
Sejauh ini, mitos dengan keyword: coincidence yang paling berkesan untuk saya adalah versi Guy Ritchie dalam filmnya yang berjudul RocknRolla. Baiklah, RocknRolla tidak hanya menunjukan alur kehidupan kriminal di London, Guy Ritchie juga cukup pintar menggelitik penonton dengan lelucon kelas penjahat murahan. Mungkin tidaknya untuk menarik garis logis dari alur cerita, saya rasa tidak penting. Art direction dan soundtrack-soundtrack nakal khas mafia tidak akan membuat mata dan telinga kamu bosan. Saya yakin, Tuan Ritchie punya taste musik yang sangat baik. Banyak orang bertanya, apa itu RocknRolla? Dengan hentakan musik electroclash ala Black Strobe, seorang narator beraksen british mulai mendeskripsikan sang RocknRolla sejati. RocknRolla bukan sekedar persoalan tentang uang, sex, drugs atau good life. Entahlah. Saya rasa, tamak adalah diksi yang pas untuk menyimpulkan penjelasan sang narator. Namanya Archie Bald (Mark Strong). Archie bekerja pada Lenny Cole (Tom Wilkinson), orang yang memiliki kunci menuju pintu belakang kota London. Singkat cerita, disini Lenny berperan sebagai seorang “black magician” yang akan menyulap bisnis properti milik investor Rusia, Uri Omovich (Karel Roden) dengan ilmu hitamnya. Uri membutuhkan surat ijin pembangunan dimana hukum tidak akan memberikannya. Inilah bagaimana sihir Lenny bekerja, dengan menyuap anggota dewan, hakim dan juga pengacara, Uri tidak perlu menunggu perizinan selama 10 tahun. Transaksi besar akhirnya disepakati oleh Lenny dan Uri. Sebagai jaminan untuk kesepakatan ini, Uri memaksa Lenny untuk menerima pinjaman lukisan keberuntungan Yuri. Stella (Thandie Newton), the femme fattale, akuntan kesayangan Tuan Uri segera diperintahkan untuk membayar Lenny. Rupanya Stella bosan dengan kehidupannya yang aman. Ia ingin bersenang-senang. “but in the world of crime, there’s always coincidence” Speeler, rumah para kriminal jalanan yang cerdas “The Wild Bunch” menjadi tempat Stella untuk sedikit bersenang-senang. Stella menawarkan pekerjaan kepada One Two (Gerald Butler), Handsome Bob (Tom Hardy), dan Mumble (Idris Elba) untuk mencuri uang yang akan diberikan ke Lenny. Konyolnya, ternyata anggota Wild Bunch ini juga bekerja untuk Lenny. Mereka mengiyakan tawaran Stella karena terdesak oleh hutang yang harus segera dibayar ke Lenny. Coincidence? You decide. Akibat dari kebetulan ini jelas, Bisnis besar Uri dan Lenny jadi kacau. Sementara, pihak Lenny semakin bobrok dengan hilangnya secara misterius lukisan keberuntungan Uri. Kalau sudah begini, satu-satunya orang yang dapat Lenny andalkan untuk mencari lukisan adalah Archie, si anjing setia. Dan yang menjadi tersangka pencurian adalah anak tiri Lenny sendiri, Johnny Quid (Toby Kebbell), seorang punk rocker junkie. Padahal, surat kabar mengasumsikan bahwa Johnny mengalami kecelakan, jatuh dari boat dan mati tenggelam. Inilah mengapa saya lebih suka mempercayai sebuah kebetulan daripada apapun. Johnny Quid sendiri adalah karakter favorit saya dalam film ini. Diiringi dengan lagu the clash – bank robber, Johnny muncul seperti tipikal-tipikal tough british gangster, smart-mouth yet psychotic soul. Also, his eccentric cockney accent, ya.. its so sexy im gonna eargasm.. Jadi benar, Johnny Quid mencuri lukisan milik Tuan Uri dari tangan Lenny. Simbol keberuntungan yang biasa digantungkan di dinding kini mengacaukan posisi kartu-kartu domino yang tadinya sama-sama seimbang. Sebentar lagi mereka akan jatuh satu persatu. Dimulai dari Stella, the femme fatale yang belum puas bersenang-senang. Untuk kedua kalinya ia mempekerjakan anggota Wild Bunch untuk mencuri uang Uri yang akan diberikan ke Lenny. One Two, Handsome Bob dan Mumble , tikus-tikus jalanan ini tidak bisa bergerak leluasa seperti sebelumnya karena Tuan Uri mulai merasa dipermainkan. Pada transaksi kedua, ia menyewa dua orang mafia rusia untuk menangkap si pencuri uang. Seiring kartu wild bunch tergeser, Stella pun ikut tertimpa jatuh. Tenang dulu, riwayat tikus-tikus tersohor ini belum tamat. Anak buah Archie menyelamatkan Wild Bunch dari tangan rusia dan menculik mereka ke gudang eksekusi. Sementara, Johnny Quid, buronan resmi Lenny pun turut diundang sebagai tamu kehormatan. Twisted ending? Abso-fucking-lutely. Sebuah kebetulan ternyata telah mencuri keberuntungan Lenny Cole. Sang Eksekutor mendadak kehilangan wibawanya di depan kacung-kacung yang ingin memberontak dari vonisnya. Saat permainan sulapnya menjadi terlalu kotor, secara eksklusif Lenny harus berganti peran sebagai seorang informan yang bertugas memberikan nama-nama anjing yang akan membersihkan kotorannya. Anjing-anjing itu adalah anjing terbaik yang pernah dipelihara Lenny selama 20 tahun. Archie, One Two, Mumble, Handsome bob adalah nama-nama anjing yang bersusah payah membayar pertunjukan sulap Lenny dengan menghabiskan waktu mereka selama bertahun-tahun di penjara. Dan tahun-tahun itu telah menjadi sebuah hutang yang harus dibayar Lenny dalam pesta eksekusinya sendiri. Secara kebetulan, anjing-anjing patuh ini mendapatkan upah jerih payahnya. Kebetulan, ya mungkin kebetulan. Kebetulan yang membawa sebuah konspirasi? Tidak tahu. Lalu, Bagaimana Johnny Quid? He’s gonna be a real RocknRolla. Oleh: Kutu-kan
0 Comments
"Saturday, March 24, 1984. Shermer High School, Shermer, Illinois, 60062. Dear Mr. Vernon, we accept the fact that we had to sacrifice a whole Saturday in detention for whatever it was we did wrong. What we did *was* wrong. But we think you're crazy to make us write an essay telling you who we think we are. What do you care? You see us as you want to see us - in the simplest terms, in the most convenient definitions." Masa-masa remaja memang kompleks, saya ingat menghabiskan masa2 remaja saya yang tidak terlupakan, penuh dengan momen2 konyol dan bodoh, termasuk dengan salah satu sahabat saya yang juga penulis di website ini. Kita semua pasti berharap kalau masa2 remaja tidak akan pernah berakhir. Untuk penggambaran masa2 remaja paling tepat, film ini mesti anda tonton. Lupakan film remaja komedi seks seperti American Pie. The Breakfast Club menggambarkan bagaimana sulitnya masa remaja, dimana kita harus banyak berkorban demi masa depan. Dewasa adalah pada saat kita sadar bahwa kita tidak bisa selamanya melakukan sesuatu yang cintai untuk tuntutan kebutuhan hidup. Kita kadang harus berani melepaskan impian dan mimpi2 kita. Seperti menjalani pekerjaan yang tidak kita sukai. Ceritanya dimulai dengan adanya detensi pada hari sabtu pagi oleh 5 siswa. Mereka adalah : Sang Kriminal pemberontak, Bender. (diperankan oleh Judd Nelson) Sang Atlet, Andy. (diperankan oleh Emilio Estevez). Sang Penyendiri antisosial, Allison (diperankan oleh Ally Sheeby). Sang Ratu sekolah, Claire (diperankan oleh Molly Ringwald) dan Sang pelajar pintar, Brian (diperankan oleh Anthony M. Hall) Kelima karakter dengan background yang berbeda itupun menjalani detensi bersamaan. Pada pertengahan film pun, mereka sadar bahwa mereka tidak jauh berbeda dengan satu sama lain dan stress dengan tekanan sosial yang diberikan oleh para orangtua mereka. Mereka pun menjalin persahabatan dan berusaha mencari identitas dirinya masing2. Adegan favorit yang saya selalu tonton berulang2, pada saat Brian mengatakan bahwa apakah setelah detensi ini selesai, mereka tetap dapat berteman dan menghabiskan waktu bersama, dengan pahit pun Claire mengatakan pertemanan ini hanya ada pada saat detensi, mereka tidak bisa terus berteman karena lingkungan pergaulan yang sangat berbeda. Menurut saya ini adalah film terbaik dari John Hughes, karena ditulis dengan sangat baik dengan akting yang mumpuni, bahkan John Hughes sempat menegur Judd Nelson agar tidak terlalu kasar pada Molly Ringwald, Judd Nelson berdalih bahwa sikap kasarnya adalah bagian dari usahanya untuk mendalami karakter yang dimainkannya. Aktor dan aktris yang terlibat dalam film berbudget 1 juta dollar dengan pendapatan 51 juta dollar ini mempunyai julukan ‘Brat Pack’. Karena mereka terlibat dalam beberapa film yang sama. Seperti film St. Elmo's Fire dan Pretty in Pink. Film ini begitu membekas bagi saya, dan mengajarkan bahwa tidak ada batasan dalam sebuah persahabatan. Kita dapat berteman dengan siapa saja. Dan pasti selalu ada pelajaran yang bisa dipetik dari persahabatan yang kita jalin. Arti persahabatan adalah pada saat kita merasa nyaman dan bahagia saat kita bersama orang yang kita sayangi, tidak peduli siapa atau apa status sosial mereka. Saya pun beruntung karena selama ini saya mempunyai banyak sahabat2 baik yang mungkin terkadang membuat saya heran kenapa saya bisa mempunyai sahabat sebaik mereka. Mungkin ini hal yang pertama saya lakukan begitu selesai menonton film ini adalah menelpon semua sahabat2 saya dan mengatakan : "Makasih ya karena lo semua berharga banget buat hidup gue" Oleh : Kutu Kamar
Pernahkah sedikit saja kalian memikirkan masa depan Bumi? Planet yang kita kuasai sejak lama ini suatu saat akan rusak begitu saja. Meninggalkan puing-puing dan sampah hingga hanya robot dan seekor kecoa yang mampu bertahan. Sudah tak ada lagi keindahan alam yang dibangun susah payah oleh jutaan spesies tanaman. Dan kita hanya bisa menghindar sambil berharap suatu saat bisa kembali lagi. Kurang lebih itulah sedikit gambaran tentang WALL-E. Diawali dengan kisah rutinitas kehidupan sebuah robot kecil pengumpul sampah. Berjalan keliling kota mencari tumpukan sampah, dipadatkan dan disusun rapi hingga menyerupai gedung-gedung bertingkat. Sesekali dia mencari barang-barang unik dan makanan untuk temannya yang seekor kecoa. Hingga akhirnya sebuah UFO yang besar datang membawa robot putih lonjong bernama EVE. Pertemuan dengan EVE membawa WALL-E menjalani petualangan yang menarik. Dari WALL-E yang jatuh cinta terhadap EVE sampai kejar-kejaran dengan robot-tobot penjaga kapal induk berisikan jutaan makhluk gendut nan pemalas bernama manusia. Kedua robot itulah yang akhirnya menentukan nasib mereka dan membawa kembali ke ibu pertiwi, Bumi. Lagi-lagi saya harus angkat topi kepada Andrew Stanton. Setelah sebelumnya berhasil dengan Finding Nemo, Toy Story, dan beberapa judul terkenal lainnya kali ini bersama WALL-E kembali memenangkan Oscar di 2009. Tak hanya itu dia juga masuk nominasi dan memenangkan penghargaan di ajang yang lain. Di film ini Stanton seperti menyentil kita dengan hal-hal kecil yang dikemas dengan rapi dan menarik. Mungkin sebagian besar orang akan meremehkan tentang cinta. Padahal hidup ini penuh lika-liku dengan hal aneh itu. Cinta WALL-E dan EVE pun akhirnya berefek massal. Tak hanya terhadap masa depan suatu spesies tetapi juga sebuah planet. Dan ya masih banyak hal-hal lain yang sebenarnya sederhana tapi sering luput dari kepedulian kita. Film ini mengajarkan untuk tidak meremehkan sesuatu, sekecil apa pun itu. Seperti cinta dan kepedulian tentang alam. Memang tidak perlu dibesar-besarkan namun harus ditanggapi. Yah sebelum semua hal kecil itu menjadi masalah yang besar hingga kita tak mampu menanganinya dan hanya menghindar. Menyedihkan sekali jika terjadi. Oh iya, bagi saya film ini adalah salah satu kampanye go green terbaik. Oleh:Kutu Kasur Movie Info Title : American Psycho, Directed By : Mary Harron. Written By : Mary Harron, Guinevere Turner, Genre: Drama, Cast: Chloe Sevigny, Christian Bale, Jared Leto, Reese Witherspoon and Willem Dafoe Plot: Let me introduce the main cast of this film, Patrick Bateman (Christian Bale), seorang bankir wallstreet-socialite pada masanya. Dari luar dia seakan tampak sempurna. Tampang yang oke, figur yang fit, kaya, berasal dari keluarga yang sangat ber-privileged dan punya tunangan yang cantik pula (Reese Witherspon). Dengan mengangkat latar tahun 1980-an, digambarkan kehidupan Bateman pada saat itu mengutamakan style atau penampilan luar diatas segala-galanya seperti terobsesi dengan merawat tubuh, hang out di restoran mahal dan berkelas pada jaman itu dan berdebat karna hal-hal remeh temeh dengan rekan kerja seperti berbincang mengenai siapa yang mempunyai business card terbaik. Nah tapi seperti kata orang tua nggak ada manusia yang sempurna, kehidupan yang terlalu sempurna inilah yang membuat bateman merasa feeling empty atau kosong dan memunculkan sosok alter egonya, yakni seorang seorang psikopat berhati dingin dan tanpa ragu membunuh dan menghabisi korban-korbannya tanpa ampun, dengan alasan yang gak konkrit juga, seperti kecemburuan karir atas rekan kerjanya, Paul Allen (Jared Leto) atau hanya iseng-iseng membunuh para hooker setelah dipakai. Review Our beloved batman has been gone crazy likes the hell joker, itu sih yang ada di pikiran gue pas nonton film ini, dimulai dari ekspresi Christian Bale yang benar-benar terlihat fully enjoyed kegiatan membunuhnya dan beberapa unsur komedi satir. Ya walaupun nggak bisa disamain setara seperti joker versi heath ledger yang masterpiece itu, overall yeah you can see the dark side of your batman here. Film ini di adaptasi dari nover karya Breaston Ellis dengan judul yang sama pada tahun 1991, kemudian sekitar 9 tahun kemudian pada tahun 2000 barulah film yang disutradarai oleh Mary Harron ini rilis di bioskop. Film American Psycho ini merupakan salah satu film sakit yang-menurut gue- harus banget ditonton. Kenapa film sakit? Karena disini banyak banget scene kontroversial yang nggak di cut, seperti adegan Bateman threesome, penyiksaan binatang dan beberapa adegan pembunuhan sadis walaupun nggak ditampilkan dengan terang-terangan. Namun, diluar adegan-adegan kontroversial itu film ini tidak bisa disamakan seperti film thriller biasa ala-ala low budget commercial film atau b-movie karena banyak hal-hal yang dieksplor oleh sang sutradara dan menjadikan film ini terlihat lebih seperti thriller yang ironis. WHY? Karena film ini selain mampu mengeksplor kebrutalan kehidupan malam Bateman sebagai welldressed killer , film ini juga benar-benar mampu mengangkat kondisi ironi kehidupan kaum hedonis di kota metropolitan pada jamannya-bahkan sepertinya berlanjut hingga masa kini- dengan slogan mereka “image is everything” yang sangat mempengaruhi pola interaksi dan kehidupan sosial mereka. Si kaum hedonis ini digambarkan hanya peduli terhadap penampilan dan diri mereka sendiri seperti merawat tubuh (ada adegan dimana Bateman menarasikan bagaimana ia melewati pagi hari. Olahraga kecil-kecilan serta semua peralatan-peralatan kecantikan yang ia pakai, mulai sabun, shampoo, lotion, masker, dll), pakaian dan arloji bermerek, selera rokok yang sama, potongan rambut dan setelan jas yang sama, akses untuk mereservasi restoran yang hip saat itu dan sangat mahal serta bagaimanakah business card mereka. Dalam kehidupan sosial, pengakuan dari kelompok sosial sangat bergantung kepada seberapa mampu dan menonjolkah mereka dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan narsistik tersebut, sehingga timbulah persaingan-persaingan atau rasa iri terselubung. Hal ini terlihat dari adegan dimana Bateman merasa inferior terhadap Paul Allen (Jared Leto) yang dianggap lebih mampu memenuhi hal-hal tsb dibandingkan dirinya. Dan akhirnya rasa iri Bateman memuncak ketika Allen mencetak business card yang sangat bagus yang berujung pada pembunuhan Allen oleh Bateman, super sepele sekali. Well, its hits me hard that actually, kita penganut gaya hidup ini juga bukan? Walaupun belum sampai pada kadar esktrim layaknya Patrick Bateman. At the conclusion, walalupun memiliki ending yang membingungkan-spoiler alert- tapi seperti yang saya ulas sebelumnya, If you get curious about how our batman turns into Joker in the hand of Mary Harron, you’re totally must watch American Psycho. PS: Bale, you got me when you smiling with your cold eyes. Handsome yet creepy Ditulis oleh: Kutu Depok Ok, jadi anda memutuskan untuk menonton film pada akhir pekan setelah sibuk dengan berbagai aktifitas, tapi anda bingung akan menonton film yang mana? Tenang, saya akan memberikan beberapa tips dalam memilih film yang cocok dan juga tidak menyesal setelah menontonnya. 1. Pilih genre apa yang anda mau Ini merupakan hal paling sederhana dalam memilih film yang kita mau. Tapi terkadang kita masih bingung dengan genre film apa yang kita mau. Maka saya sarankan coba lah genre komedi. Karena semua orang pasti senang dibuat tertawa. 2. Cari tahu segala info tentang film tersebut Mulai dari siapa sutradaranya, siapa pemain yang terlibat, apa saja penghargaan yang didapat, berapa pendapatan film tersebut. Tapi bila anda masih bingung, anda bisa dapat melihat berapa pendapatan yang berhasil dibuat film tersebut. Karena itu menandakan bagaimana reaksi para penonton terhadap film tersebut. Bila pendapatannya menembus angka 100 juta dollar, maka sudah pasti banyak yang menonton, dan anda bisa mempertimbangkan untuk menonton film tersebut. Walaupun tidak semua film pendapatan besar sudah pasti bagus. Saya hanya menyarankan secara garis besar saja. 3. Lihat trailernya Ini mungkin yang paling mudah, karena trailer menceritakan garis besar film tersebut dan anda bisa langsung menentukan apa film yang hendak anda tonton pantas ditonton atau tidak. 4. Rekomendasi dari orang yang sudah menonton Tanyakan bagaimana pendapat kepada orang yang sudah menonton, apakah film tersebut bagus atau tidak. Tapi jangan ditanya seperti apa jalur cerita dan endingnya, karena itu tujuan awal anda meminta rekomendasi dari rekan anda. Anda ingin menonton film itu, bukan mendengarkan ceritanya dari teman anda. Jadi, No Spoiler! 5. Selalu cek Kutu Film untuk info film terbaru!
Oleh : Kutu Kamar |
SEARCH
GET NOTIFIED
Archives
August 2017
|