Bukan rahasia umum jika kita semua takjub ketika Millie Bobby Brown atau yang dikenal sebagai Eleven dalam Stranger Things, memukau para penikmat serial TV ketika dirinya muncul beberapa waktu lalu. Namun tampaknya, Millie mendapat 'saingan' baru di industri hiburan dari sosok 12 tahun bernama Dafne Keen.
Sebelum (dan sesudah) menonton Logan, berikut 5 hal yang perlu kalian tahu mengenai Dafne Keen: 1. Butuh Panggilan Casting yang Luas untuk Menemukannya Ketika mencari seorang aktris untuk mengisi peran Laura, sutradara Logan, James Mangold menugaskan casting director Priscilla John untuk mencari bocah perempuan 12 tahun dengan kemampuan seni beladiri dan akrobatik. Setelah melakukan pencarian di Inggris dan Irlandia, serta melihat lebih dari 500 anak, John merasa belum mendapatkan sosok yang tepat. Dirinya pun meluaskan wilayah pencarian dan memulainya di Spanyol. Saat disana, rekan John yang bernama Francesca Bradley langsung teringat Dafne Keen dan meminta sang ayah, Will untuk mengajak sang putri mengikuti casting. John mengatakan, “I had a good idea that this child was extremely special, and I would have been surprised if she hadn’t gotten it, She had an innocence and a vulnerability, and I said to James, ‘People are going to fall in love with her.’” 2. Darah Akting Mengalir Kental dalam Dirinya Dafne Keen adalah putri dari aktor Inggris Will Keen, yang berperan sebagai Michael Adeane di serial Netflix The Crown dan Thomas Cranmer di 'Wolf Hall'. Ibu Keen, Maria Fernández Ache adalah seorang aktris, penulis dan sutradara asal Spanyol, yang pada 2015 turut membintangi film drama kriminal berjudul Anti-Social. 3. Berusia 11 tahun Saat Pengambilan Gambar dan Menguasai 2 Bahasa Tumbuh besar di Britania Raya dan Spanyol, Keen fasih berbahasa Spanyol dan Inggris, kemampuan yang tentu saja membantunya mendapat peran sebagai Latina Mutan pra-remaja. Dalam sebuah wawancara, Mangold menyampaikan, “She’s a remarkable kid, It was a huge risk for Fox to allow me to make a movie where the third point of the triangle was built upon someone so young.” 4. Logan adalah Film Pertamanya Sebelum tampil impresif di debut film pertamanya ini, Dafne Keen pernah membintangi sebuah serial tv The Refugees (2014) bersama sang ayah. Keen tampil dalam 7 Episode. 5. Sebuah Spin-Off untuk Perannya sebagai Laura Dengan pihak studio yang terlihat memposisikan Laura untuk mengambil alih peran Wolverine, juga Mangold yang berkeinginan untuk bekerja sama lagi dengan Keen, sebuah spin-off yang berpusat pada karakter Laura bisa saja terealisasi di masa mendatang. “I think Dafne is incredible in the film and I would love to see another film about that character and that’s certainly something I’d be involved in,” kata Mangold dalam Event promo untuk Logan. “For me that was one of the big additions I brought to the table, this decision to try to make the film about family and to try to insert Laura.” Jadi, Masih belum juga nonton Logan? Sumber: people.com - Kutu Butara
0 Comments
Sutradara: James Mangold
Pemeran: Hugh Jackman, Patrick Stewart, Boyd Holbrook, Stephen Merchant, Richard E. Grant Genre: Heroes, Action, Drama. Durasi: 135 Minutes Selain Batman dan Spiderman, karakter kartun-hero yang secara spesifik saya gandrungi kala saya masih anak-anak adalah Wolverine. Saya ingat bagaimana ketika itu, saya selipkan tiga sedotan di sela-sela jari di kedua tangan untuk merasa menjadi seorang Wolverine. Namun saya harus kecewa setelah medio 2000-an, X-Men memulai perjalanan kisahnya, dan mengangkat kisah para mutan, termasuk Wolverine, ke layar lebar. Secara kualitas, film X-Men maupun origin Wolverine tidak pernah mencapai titik "baik" secara kualitas bagi saya. Praktis hanya seri The Last Stand dan Days of The Future Past yang cukup berkesan. Sisanya hanya seperti sekumpulan orang berpakaian ketat berusaha meyakinkan khalayak bahwa mereka adalah aktor papan atas. Saat Wolverine akhirnya diberi panggung sendiri pun ternyata masih belum mampu membuat saya terkesan. Pada akhirnya, takdir mempertemukan kembali Bryan Singer dengan Days of The Future Past untuk memiliki alasan "start a new game plus" bagi franchise X-Men. Ya, Wolverine kembali ke masa lalu dan menghapus semua timeline yang pernah terjadi di dunia X-men. Meskipun tentunya ingatan akan film-film terdahulu tidak dapat hilang begitu saja, tapi setidaknya seolah memberi harapan baru bagi X-men. Mereka seolah diberi kesempatan untuk membuat sebuah "buku putih" bagi kelangsungan kisah para mutan di layar perak. Awalnya saya pesimis karena melihat X-men Apocalypse, yang begitu sukses merusak segala kesempatan tersebut. Ditambah lagi dengan fakta bahwa belakangan ini, genre superheroes begitu menjamur, baik di layar lebar maupun serial televisi. Meskipun semakin populer, namun di sisi lain juga terasa menjadi membosankan. But then, here comes Logan. Saya langsung berani menyebut bahwa Logan bukan hanya film Wolverine terbaik, tapi juga merupakan karya terbaik dari seluruh franchise X-men yang pernah ada di layar lebar. Hanya perlu 10 menit dari adegan pembuka yang intens dan brutal untuk mengatakannya. Berlebihan? Saya yakin sebagian besar Kawan Kutu akan setuju setelah menyaksikannya. Logan benar-benar menjadi panggung terakhir bagi Hugh Jackman dan Patrick Stewart dalam memerankan karakter Wolverine dan Professor X. Panggung terakhir ini pun menjadi sebuah sajian yang pamungkas. Bagi Kawan Kutu yang merasa kebingungan akan timeline dari X-Men, saya akan sedikit membantu menjelaskan. Logan, meskipun merupakan film ketiga dari origin Wolverine, sama sekali tidak berkaitan dengan dua film terdahulu. Karena timeline dari film ini melanjutkan kisah di mana Logan terjebak di tahun 1973, di ending Days of The Future Past. Kemudian kisahnya berlanjut di Apocalypse kala Wolverine menjadi cameo beberapa menit di film tersebut. Nah, adegan singkat itulah yang menjadi kunci dan pintu masuk bagi kisah Logan. Selain itu, post credit Apocalypse pun menjadi sebuah jalan bagi James Mangold untuk menjelaskan siapa itu Laura Kinney. Terinspirasi dari jalinan cerita komik Old Man Logan, film Logan mengambil latar tahun 2029, dan masih memiliki keterkaitan kisah dengan Days of The Future Past serta Apocalypse. Film ini menjadi sebuah film bertema superheroes yang tidak hanya sekadar menunjukkan kisah manusia super. Film ini lebih mengarah ke sebuah film drama dengan latar belakang superheroes. Sebuah film survival yang meninggalkan kesan yang cukup mendalam. James Mangold berhasil menyampaikan sisi melankolis dari kisah Logan, tanpa memaksanya untuk memainkan karakter "receh". Adegan-adegan kekerasan yang begitu jelas, eksplisit, dan brutal, seolah menunjukkan sisi emosi dari film ini. Bukan hanya mengeluarkan karakter Wolverine yang sesungguhnya, tapi juga seakan mencoba memberikan sajian penutup saga panjang dengan begitu luar biasa. Setiap sabetan kuku adamantium Wolverine seolah mengoyak keburukan dari film-film terdahulu. Sisi action dan drama dibalut dengan begitu rapi. Jalinan cerita mengalir dan berjalan dengan tempo yang stabil. Tidak ada lonjakan ritme, ataupun percobaan untuk membuat twist. Hanya sebuah alur wajar yang diisi dengan padat di setiap menitnya. Hal yang membuat 135 menit tidak hanya terasa cepat, namun juga terasa begitu sesak. James Mangold pun mampu berkolaborasi bersama Scott Frank dan Michael Green dalam menyusun jalinan cerita serta naskah yang solid. Mereka mampu memasukkan kisah Logan ke dalam timeline X-Men dengan begitu smooth. Tone film yang terkesan sendu begitu pas dengan jalannya cerita. Scoring serta soundtrack pun membantu menunjang pembentukan cerita dan membangun suasana adegan dengan baik. Akting dari Hugh Jackman sebagai Wolverine menemukan puncaknya di film ini. Terlihat akan sulit menggantikan sosoknya sebagai Logan, dengan semua karakteristik seorang Wolverine yang mampu dikeluarkannya. Dafne Keen, meskipun irit dialog, namun mampu mencuri perhatian lewat kemampuan aktingnya dalam memerankan Laura Keeney. Patrick Stewart pun mampu menggambarkan sosok Charles Xavier yang amat sangat helpless. Dapat dipastikan Hugh Jackman dan Patrick Stewart will walk out proud untuk menanggalkan "mantel" Wolverine dan Prof. X yang mereka perankan selama lebih dari 1 dekade. Sosok Caliban yang diperankan oleh Stephant Merchant pun mampu membantu membangun sisi drama bagi film ini. Dr. Rice yang diperankan oleh Richard E. Grant pun mampu menjadi villain di belakang layar yang sedikit mendikte arah cerita. Bila ada kekurangan di film ini, itu hanyalah detail "kecil" mengenai setting 2029 yang tidak terkesan futuristik. Logan, dapat dikatakan merupakan penampilan pamungkas dari saga Wolverine, juga merupakan remedy/obat bagi seluruh saga X-men. Bukan hanya menyajikan sebuah aksi superheroes, film ini pun memberi gambaran menyentuh akan rasa putus asa, perjuangan, dan hubungan istimewa antar lingkungan dan orang terdekat kita. A perfect curtain closer. Rating: 9/10 P.S: This movies got their R rate for a reason. Sebaiknya tidak membawa anak-anak yang belum cukup umur ya Kawan Kutu, because Logan is being brutal here. A real brutal. - Kutu Klimis Dalam wawancara dengan Empire, Hugh Jackman menggambarkan film ini sebagai, “It’s a darker version of Little Miss Sunshine, with the three of us on the road, Slightly more violence!”
Sang sutradara, James Mangold juga menambahkan, “The idea of a road picture with Logan, Laura and Xavier in an average car was a driving image for me, Taking heroes and putting them in normalcy — and nothing makes them more normal than to cram them into a car and make them have to deal with each other — that seemed the ultimate contradiction of what tentpole movies tend to do.” Logan akan tayang pada 3 Maret 2017. Sumber: Empire Online - Kutu Butara Selain Hugh Jackman, film ini juga akan dibintangi oleh Patrick Stewart, Richard E. Grant, Boyd Holbrook, dan Stephen Merchant. Logan yang disutradarai oleh James Mangold ini akan tayang mulai 3 Maret 2017 mendatang. - Kutu Kasur Setelah memperlihatkan halaman pertama dari skrip projek ketiga dari film solo Wolverine - Logan, melalui Twitternya juga sang Sutradara James Mangold menampilkan foto Patrick Stewart sebagai Professor X, yang terlihat tua.
Mengenai filmnya sendiri, Hugh Jackman mengatakan, “Basically, it’s going to be different. Very different in tone and hopefully to anything we’ve done”. Mangold pun menambahkan, “If you're on the make for a hyper-choreographed, gravity defying, city-block destroying CG f**kathon, this ain't your movie". “In this flick, people get hurt or killed when shit falls on them. They will get just as hurt or just as killed if they get hit with something big and heavy, like, say, a car. Should anyone in our story have the misfortune to fall off a roof or out a window, they won't bounce. They will die”. Film ini diharapkan untuk menggunakan beberapa elemen dari jalan cerita komik "Old Man Logan". Sumber: The Independent - Kutu Butara |
SEARCH
GET NOTIFIED
Archives
August 2017
|