Kawan Kutu masih ingat film Jumanji yang rilis pada 1995 lalu? Film yang mengangkat kisah dari buku anak-anak yang ditulis oleh Chris Van Allsburg tersebut adalah salah satu film yang cukup populer dan digemari banyak orang. Meski mendapat kritik dari berbagai pihak, nyatanya Jumanji meraih pendapatan hingga lebih dari 200 juta dollar. Kini 22 tahun berselang, Columbia Pictures memutuskan untuk mengangkat kembali kisah Jumanji, dengan tajuk Welcome to the Jungle. Meski disebut sebagai Jumanji 2, film ini tidak berhubungan langsung dengan cerita dari film pertamanya. Jumanji: Welcome to the Jungle akan disutradarai oleh Jake Kasdan, sineas yang lebih banyak berkecimpung sebagai produser dalam serial-serial televisi. Film ini juga akan menghadirkan aktor-aktor ternama seperti Dwayne Johnson, Jack Black, Kevin Hart, Karen Gillan, serta Nick Jonas. Rencananya, film ini akan hadir sekitar 20 Desember 2017 mendatang. - Kutu Butara & Kutu Kasur
0 Comments
Film ini dibintangi Vin Diesel, Dwayne Johnson, Jason Statham, Michelle Rodriguez, Tyrese Gibson, Chris “Ludacris” Bridges, Nathalie Emmanuel, Elsa Pataky, Kurt Russell, Charlize Theron, Scott Eastwood dan Helen Mirren. The Fate of the Furious disutradarai F. Gary Gray (Straight Outta Compton) dan direncanakan rilis 14 April 2017. - Kutu Butara Tanggal Rilis: 14 November 2016
Genre: Musical, Fantasy, Adventure Durasi: 103 Menit Sutradara: Ron Clements & John Musker Pengisi Suara: Auli'i Cravalho, Dwayne Johnson, Rachel House, Temuera Morrison, Jemaine Clement, Nicole Scherzinger & Alan Tudyk Ekspetasi saya terhadap film ini begitu tinggi, karena saya ingin melihat karakter non-caucasian disney princess seperti Mulan, Pocahontas dan Tiana. Walaupun saya sempat sedikit awalnya kecewa, tapi akhirnya film ini berhasil memenuhi ekspetasi saya. Menceritakan tentang Moana, seorang perempuan anak kepala suku yang harus memimpin desanya kelak. Moana harus menemukan Maui, seorang pria setengah dewa, agar bisa mengembalikan batu poanamu kepada Te Fiti supaya desanya bisa kembali makmur. Disney lagi-lagi menggunakan format cerita yang sama, "seorang perempuan putri raja/kepala suku 'yang terpilih' dan mempunyai jiwa pemberontak serta berusaha melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional konservatif keluarganya". Saya pun sempat mulai bosan karena Disney masih memakai cerita klise yang sama setiap tahunnya. Namun, cerita mulai menarik pada saat keputusan Moana yang mempunyai jiwa pemberontak, harus berhadapan dengan tanggung jawab yang lebih besar. Sehingga membuat Moana mempertanyakan apakah keputusannya sudah tepat atau tidak. Chemistry antara Moana dan Maui pun terjalin dengan baik, sehingga mereka terasa saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain. Pengisi suara Moana, Auli'i Cravalho, pun cukup baik membawakan karakternya, sekalipun dia masih tergolong aktris yang sangat baru. Dwayne Johnson yang bertindak sebagai pengisi suara Maui juga secara mengejutkan bisa "tenggelam" dalam perannya, seolah Maui dan Dwayne itu seperti satu orang (ditambah dengan perawakannya yang mirip, besar dan berotot). Dwayne kembali menambah portofolio perfilmannya, selain sebagai aktor dengan pendapatan tertinggi di Hollywood saat ini, ia juga mulai membuktikan sebagai salah satu pengisi suara terbaik. Dari film ini, dia juga kembali membuat saya terkejut kalau Dwayne ternyata juga bisa menyanyi. Film dengan budget 150 juta ini berhasil mencapai ekspetasi saya. Bagaimana hebatnya pesan strong female character, yang saya lihat akhir-akhir ini Disney sering membahas tema tersebut. p.s: Disney kembali menyelipkan film pendek di awal sebelum film, yang entah kenapa mempunyai tema yang begitu mirip. Saya pun sempat heran, "Perasaan film pendek di awal tadi temanya mirip banget deh." Overall: 8/10 - Kutu Kamar “I don’t like bullies”, melalui kalimat ini rasanya cukup menggambarkan ide utama dari cerita Central Intelligence. Ya, film ini mengangkat permasalahan bullying sebagai latar belakang si tokoh utama, Bob Stone yang diperankan oleh Dwayne Johnson. Di awal film, Bob yang memiliki nama asli Robbie Weirdicht adalah seorang pria gendut yang menjadi bahan olokan dan tertawaan oleh teman-temannya saat SMA. Namun film ini tak berfokus pada perlakuan yang diterima Bob oleh para anak-anak Central High School angkatan 1996 tersebut. Buktinya hanya ada satu momen yang diperlihatkan, yaitu saat Bob digiring ke gym dalam keadaan telanjang. Telanjang karena ia sedang mandi di sekolah. Iya, bener kok, mandi di sekolah. Parahnya di dalam gym sedang dilangsungkan acara pemberian gelar murid teladan, atau jika merunut dari film, “most likely to success” (ya kira-kira begitu), untuk Calvin “The Golden Jet” Joyner yang diperankan oleh Kevin Hart. Di sinilah momen yang paling memalukan dalam hidup Bob terjadi. Seorang lelaki gendut dan telanjang sedang ditertawakan oleh teman-teman satu angkatannya. Hanya Calvin yang mencoba membantunya dengan memberi Bob jaket untuk menutupi tubuhnya. 20 tahun berselang, mereka dipertemukan kembali dengan cara yang menggelitik, Facebook. Awalnya Calvin sedang melihat event reuni SMA-nya di Facebook ketika tiba-tiba ada akun dengan nama Bob Stone di ‘friend request’. Karena penasaran, akhirnya ia menambahkan Bob sebagai temannya setelah melihat tulisan Central High School di profilnya. Mereka pun memutuskan untuk bertemu di sebuah bar. Selanjutnya ya seperti dugaan kita, Bob adalah Robbie Wierdicht yang telah berubah menjadi pria berotot dan gagah. Bob ternyata punya maksud lain dari ajakannya untuk bertemu dengan Calvin. Ia membutuhkan kemampuan Calvin untuk membantunya dalam membuka akses sebuah situs lelang ilegal para teroris. Hingga pada akhirnya Calvin mengetahui bahwa Bob adalah seorang agen CIA yang sedang menjadi buronan. Dari sinilah cerita Central Intelligence yang sebenarnya terjadi. Selanjutnya mungkin kalian bisa membayangkan ketika seorang Dwayne Johnson sudah dilabeli sebagai seorang agen. Ada satu hal yang membuat saya cukup kagum dengan Dwayne di film ini. Ia seolah membuktikan kapabilitasnya sebagai aktor yang patut diperhitungkan, ya setidaknya untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan. Melalui film ini, Dwayne seolah merubah stigma orang berotot tak bisa berperan sebagai manusia bodoh dengan kepribadian yang ceria dan lucu, seperti yang terjadi di tahun 80 hingga 90-an. Meski di awal ia terbantu dengan CGI yang membuat badannya menjadi gemuk, toh dalam beberapa adegan ia bisa menghasilkan tawa dari aktingnya. Sayangnya, ini adalah film komedi laga. Jadi memang tetap ada adegan-adegan aksi yang biasa kita lihat di film-filmnya Dwayne Johnson. Padahal ini adalah kesempatan besar kita melihat Johnson sebagai karakter yang bisa membuat kita tertawa. Ya, kapan lagi ia menjadi bintang utama sebuah film komedi seperti ini, ya kan? Selain Johnson, film ini juga bertumpu sepenuhnya dalam kemampuan Kevin Hart. Untuk urusan berkomedi, sudah sepatutnya kita percaya pada Hart. Reputasinya di bidang komedi sudah dikenal karena ia mengawali karirnya sebagai komedian sebelum terjun ke ranah seni peran. Bagi yang masih asing boleh coba dilihat di Youtube, karena banyak fans dari luar Amerika yang mengenal Hart dari platform tersebut. Hart jelas berperan besar dalam menghasilkan tawa, namun untungnya film ini tak bergantung dengan satu bentuk komedi saja. Ada juga penyegaran dari lelucon-lelucon trivia ala komedi observasi yang mengarah ke beberapa referensi film, atau yang lebih konyol seperti pemilihan nama Weirdicht. Meski pada akhirnya ekspresi dan gerak-gerik Kevin memamng menjadi jalan keluar yang mudah dalam mengundang tawa. Chemistry dari Johnson dan Hart terasa cukup baik di sepanjang film. Hal ini sangat membantu untuk menutupi penulisan cerita yang menurut saya jauh dari kata istimewa. Ide membuat film ini menjadi action-comedy sebenarnya sah-sah saja, namun rasanya segala hal tentang CIA seolah-olah hanya bertujuan agar tak kehilangan pesona utama Dwayne Johnson saja. Padahal jika melihat beberapa adegan, seperti contohnya saat Bob menyamar sebagai dokter terapi untuk Calvin, ia bisa melakukan itu dengan luwes. Dalam kata lain, sebenarnya Central Intelligence punya potensi bahwa mereka bisa baik-baik saja walaupun tanpa adegan tembak menembak. Terlepas dari perihal komedi, hal yang paling menarik dari keseluruhan film adalah tentang bullying dan reuni. Film ini menempatkan perihal bully sebagai pembuka sebuah cerita besar. Sutradara Rawson Marshall Turber dengan gamblang memberikan kesan bahwa bully bisa menyebabkan trauma yang mendalam terhadap seseorang.
Mudahnya, meski Bob telah berubah memiliki badan seorang pegulat profersional, tapi dia tetap merasa minder dan inferior ketika bertemu dengan orang yang pernah mempermalukannya dulu. Namun karena bully jugalah Bob termotivasi untuk berubah. Baik itu secara penampilan maupun sifat. Selain itu, apa yang terjadi dengan Calvin adalah sesuatu yang mungkin akan (atau pernah) kalian alami. Ya, Calvin “The Golden Jet” Joyner, orang yang paling sukses dan menjadi panutan di angkatannya, nyatanya hanya bekerja sebagai orang kantoran biasa tanpa karir yang megah. Jauh dari harapan yang dipikulnya ketika saat di SMA. Jadi ya wajar jika ada yang bilang, “hidup itu seperti roda, selalu berputar”. Klise, tapi memang itulah yang terjadi. Lucunya, dua orang yang “roda hidupnya” telah berputar ini dipertemukan lagi yang diawali oleh reuni. Yang digambarkan oleh Rawson memang sangat jelas bagaimana mereka awalnya ragu untuk datang ke sebuah acara reuni, Bob memiliki trauma dan Calvin merasa minder. Pernahkah kalian merasakannya? Maka dari itu, mumpung kita berada di bulan Ramadhan, menurut saya menonton film ini salah satu pilihan yang tepat. Karena sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh reuni, kan? Overall: 7.2/10 - Kutu Kasur |
SEARCH
GET NOTIFIED
Archives
August 2017
|