Masih ada yang ingat dengan film tahun 1996, Independence Day? Tentu masih ya. Film bergenre science-fiction ini kembali di tahun depan dengan sekuel Independece Day: Resurgence. Film ini bercerita tentang 20 tahun setelah insiden yang terjadi di film pertama. Ya, mereka kembali lagi, bahkan lebih mengerikan dibanding sebelumnya. Sekuel ini masih disutradarai oleh Roland Emmerich dan dibantu oleh Dean Devlin seperti film sebelumnya. Namun kali ini hadir dengan tambahan beberapa karakter seperti yang akan diperankan Liam Hemsworth dan Joey King. Beberapa aktor yang terlibat di film perdananya juga akan kembali berakting di sini seperti Vivica Fox dan Bill Pulman. Dan baru saja 20th Century Fox merilis trailernya, Kawan Kutu bisa melihatnya di bawah ini: Bagaimana Kawan Kutu semakin penasaran dengan filmnya? Indendence Day: Resurgence akan mulai tayang 23 Juni 2016.
- Kutu Kasur
0 Comments
Kesuksesan Harry Potter memang tak perlu diragukan lagi. Bisa dibilang Harry Potter adalah tokoh fantasi yang masyhur di era 2000-an. Setelah serial filmnya rampung dengan pada 2011 lalu, ternyata dunia Harry Potter tak berhenti di situ saja. Tahun depan, ada sebuah film spin-off yang latarnya masih sama dengan dunia Harry Potter dengan judul Fantastic Beasts and Where to Find Them. Kali ini setting-nya berada di 70 tahun sebelum era Harry Potter. Bercerita tentang Newt Scamander yang menghadiri sebuah magical congress, membahas tentang sebuah koper berisi makhluk-makhluk berbahaya. Untuk trailer-nya, Kawan Kutu bisa melihatnya di bawah ini: Fantastic Beasts and Where to Find Them diangkat dari karya J.K. Rowling dengan judul yang sama. Kabar baik adalah David Yates, sutradara yang berjasa menyajikan beberapa film Harry Potter, akan menangani film ini. Oh ya, ini pun menjadi film pertama untuk J.K. Rowling sebagai screenwriter.
Film yang dibintangi oleh Eddie Redmayne, Ezra Miller, dan Colin Farrell ini akan tayang mulai November 2016. - Kutu Kasur Kawan Kutu penggemar film horror? Pernah menyaksikan The Evil Dead? Bagi yang asing dengan judul tersebut, jauh sebelum menelurkan trilogi sang manusia laba-laba “Spiderman”, Sam Raimi terlebih dahulu terangkat namanya lewat trilogi yang bergenre Supernatural Horror ini di tahun 1981-1991. Film yang menyajikan teror iblis dengan suara dan raut wajah yang mengerikan ini dianggap sukses kala itu, karena mampu bersaing di tengah pasar Hollywood yang mengangkat tema Horror-Thriller seperti Halloween dan Friday the 13th . Iblis yang disajikan oleh Sam Raimi cukup membuat penontonnya sulit tidur, karena menurut saya, ini film Hollywood pertama yang tingkat creepy dari wujud hantunya hampir menyaingi legenda kita, “Suzanna”.(She’ll always be the top one of the creepiest “ghost” I’ve ever known) Tahun 2015 ini, kisah horror klasik yang juga turut mengangkat nama sang aktor, Bruce Campbell, kembali “mengoyak” layar. Setelah reboot yang kurang memuaskan di tahun 2013, Sam Raimi memutuskan untuk “melanjutkan” saga franchise ini kedalam layar kaca. Ya, Evil Dead kini sudah tayang sebanyak 10 episode di channel televisi Starz Network, dengan judul Ash vs Evil Dead. Berkisah tentang kelanjutan dari Ash(yang masih diperankan oleh Bruce Campbell), sang survivor dalam kejadian mengerikan di sebuah cabin di tengah hutan yang menjadi korban “pembantaian” demon karena penemuan “book of dead”. Serial ini mengambil setting 30 tahun setelah kejadian di The Evil Dead : Army of Darkness. Ash dalam serial ini diceritakan melanjutkan hidupnya sebagai( a not-so-called)normal person, yang mencoba menutup diri dari perkembangan zaman dengan tinggal di wilayah pinggiran, namun sebuah kejadian yang “konyol” membuatnya secara tidak sengaja membaca mantera dalam book of dead dan memanggil kembali demon yang telah terkunci di dalamnya. Dikemas dalam genre Horror-Comedy, selain masih dibintangi oleh Bruce Campbell sebagai Ash, serial ini akan dibintangi juga oleh Ray Santiago(Touch; Bad Judge) sebagai Pablo, dan Dana De Lorenzo(The Late Late Show with Craig Ferguson) sebagai Kelly, dua sidekick Ash yang akan membantunya membasmi iblis yang meneror mereka. Serial ini dapat dikatakan sebuah serial yang “Fresh”, dengan menghidupkan kembali karakter Ash yang telah terkubur lama, serial Ash vs Evil Dead sukses membangkitkan kembali saga trilogi yang mengangkat nama Sam Raimi sebagai salah satu sutradara besar di Hollywood. Berbeda dengan film layar lebarnya, dalam serial ini, sisi horror dipadukan dengan adegan gore khas Evil Dead dan sisi humor. Humor? Yap, that’s why it’s a whole-new-creepy-yet-fun TV series. Pemilihan musik latar pun dilakukan dengan brilliant karena Ash disini dianggap “mengasingkan” diri, sehingga musik yang dijadikan latar adalah musik-musik yang tren sebelum era millennia, sebut saja Space Truckin dan Highway Star- nya Deep Purple, atau Loose milik The Stooge, serta musik pengantar ala koboy yang dalam beberapa scene terdengar diputar sebagai musik latar. Jangan kaget apabila Kawan Kutu menyaksikan adegan yang menampilkan wajah seram iblis namun dipadukan dengan musik seperti di Dufan dalam series ini. Untuk Kawan Kutu penggemar genre horror, maupun yang masih menunggu The Walking Dead dan Game of Thrones menyelesaikan masa hiatusnya, I highly recommend this series as your to-watch-list, dan tunggu kelanjutan review episodenya di Kutu Film. This series is creepy, gore, but really fun in undescribable way. Oh, and also, if I quoted Ash himself : “it’s groovy”. RATING : A -Kutu Klimis-
Arrow menyajikan mid season finale yang dramatis dan cukup menguras emosi penonton, dan seperti beberapa episode mid season terdahulu, episode ini pun dibuat menjadi episode cliffhanger dimana cerita pada episode ini membuat penonton diyakini akan menunggu kelanjutan episode berikutnya yang baru akan tayang pada Januari 2016. Oliver Mayor Campaign Oliver kembali kepada fokusnya untuk mencalonkan diri menjadi walikota Star City setelah pertempuran melelahkan melawan Vandal Savage. Kali ini ia beserta tim suksesnya(yang notabene adalah Team Arrow) melakukan kampanye dengan membersihkan dan memulihkan Star City Bay, karena Oliver menganggap dengan bangkitnya kembali Star City Bay akan membantu pergerakan roda pembangunan Star City, tentu saja ada maksud lain dari niat Oliver ini, karena seperti diketahui, Damien Darhk, sudah mengancam Oliver untuk tidak mengusik Star City Bay. Untuk menunjukkan bahwa Oliver tidak takut akan ancaman tersebut, maka Oliver tetap melakukn pembenahan disana. Ancaman Darhk ternyata bukan hanya isapan jempol belaka, karena ketika kegiatan tersebut berlangsung, sebuah helikopter drone yang dilengkapi dengan senapan mesin memberondong seluruh simpatisan Oliver dan menyebabkan puluhan orang terluka dan hampir membunuh beberapa anak-anak yang turut mengikuti acara tersebut. Oliver dan timnya memutuskan untuk melacak dimana persembunyian Darhk dan menuntaskan ancaman ini, namun itu bukan perkara mudah mengingat drone tersebut sudah diberi pelindung sinyal agar tak mampu dilacak. Akhirnya Oliver meminta Diggle untuk berbicara pada Andy, kakaknya yang menjadi salah satu kawanan HIVE. Sempat terjadi percakapan yang cukup intens dimana Diggle mencoba membujuk Andy memberi tahu dimana lokasi HIVE, namun hasilnya tetap nihil. Oliver Declared an Open War Against Darhk and HIVE. Setelah terus menemui jalan buntu, Oliver dan seluruh timnya sepakat untuk membuka kedok mengenai siapa yang meneror warga Star City dengan harapan Oliver dapat mendapat bantuan baik tenaga maupun moral dari warga Star City, dalam sebuah wawancara Oliver membuka identitas Damien Darhk dengan menunjukkan foto Darhk dan menyebut bahwa Darhk dan organisasinya, HIVE, adalah dalang dari setiap teror di Star City . Setelah "deklarasi perang" tersebut, Oliver mengadakan pesta Natal sebagai salah satu bagian dari kampanyenya. Felicity, di sisi lain, menemukan fakta bahwa ternyata Oliver berniat untuk melamarnya tepat sebelum mereka kembali ke Star City dan kembali terlibat dalam "a whole Arrow things". Felicity memutuskan untuk bertanya langsung pada Oliver, namun belum sempat pertanyaan tersebut terjawab, Darhk datang dan mengacaukan pesta tersebut. Darhk kemudian menyerang Oliver dan menculik Felicity, Thea, dan Diggle. Oliver yang sedikit kalut akhirnya menginterogasi anggota HIVE dengan melacaknya satu-persatu, namun hasilnya tetap nihil. Ia bahkan meminta bantuan Laurel dan Captain Lance yang juga tidak mampu menemukan lokasi Darhk, ditengah kesulitan untuk mendapat lokasi persembunyian Darhk, datanglah Malcolm yang memberikan sebuah telepon satelit milik anggota HIVE agar mampu melacak dimana persembunyian mereka. Sedikit humor disisipkan disini dalam percakapan Lance dan Malcolm. Oliver akhirnya menyusun rencana untuk menyerang markas HIVE, namun ia memerlukan sebuah penyamaran, karena tidak mungkin bila ia datang kesana dan mendapat kesulitan, namun Green Arrow tidak muncul. Oliver pun datang ke markas HIVE dan di tempat tersebut, Oliver ditunjukkan sesuatu yang membuatnya tertegun dimana Darhk, berniat membuat sebuah ruang gas ala Nazi dan berniat membunuh warga Star City untuk membuat sebuah kota yang benar-benar baru. Darhk kemudian mengijinkan Oliver untuk bertemu dengan Felicity, namun ternyata Darhk bermaksud untuk membuat percakapan tersebut menjadi salam perpisahan karena kemudian ia memasukkan Felicity, Diggle dan Thea kedalam ruang gas tersebut. Oliver pun panik dan berusaha memecahkan kaca ruangan tersebut, di tengah kepanikan, Black Canary datang bersama dengan Green Arrow untuk membantu Oliver. Green Arrow? Ya, untuk tetap menjaga identitasnya, Oliver meminta bantuan Malcolm untuk mengenakan kostum Green Arrow. Selagi Oliver dan timnya mencari jalan keluar, Malcolm pun menahan pasukan Darhk, hingga kemudian ia akhirnya bertarung dengan Darhk, sempat terpojok, dengan bantuan Oliver ia dapat mengalahkan Darhk dan memasang detonate arrow untuk meledakannya, namun sesaat sebelum meledak, Darhk sempat membaca sebuah kalimat yang diyakini sebagai mantra hingga membuatnya dapat selamat dari ledakan besar tersebut. Scene setelahnya sedikit demi sedikit menunjukkan niat Darhk di Star City dimana terlihat bahwa ia dan HIVE mencoba membangun sebuah bunker bawah tanah dan membuat ekosistem tiruan di bawah tanah yang tujuannya masih dirahasiakan. Green Arrow gone Blue. Setelah semua konflik mereda, Oliver mengumpulkan seluruh tim suksesnya dan pendukungnya untuk mendeklarasikan bahwa mereka tidak akan gentar menghadapi teror Darhk dan akan melawan semua teror tersebut, dalam deklarasi tersebut, Oliver juga melamar Felicity, dan akhirnya berlalu dari tempat tersebut menggunakan mobil yang sudah dipersiapkan untuknya Ingat scene pada menit-menit akhir pada season 2 episode 20 "Seeing Red", dimana Oliver, Thea, dan Moira berada pada satu mobil ketika Moira selesai melakukan deklarasi mengenai pencalonannya menjadi mayor? Scene tersebut dilanjutkan dengan "serangan" terhadap mobil yang mereka tumpangi, dan berakhir dengan tewasnya Moira di tangan Slade Wilson aka Deathstroke. Well, pada episode ini ada sedikit deja vu, dimana mobil yang ditumpangi Oliver dan Felicity juga "diserang", kali ini oleh HIVE. Mereka diberondong tembakan, perbedaannya, dalam scene ini Oliver berhasil memacu kendaraannya untuk melarikan diri, namun di akhir episode, ternyata diperlihatkan bahwa Felicity terkena tembakan. Scene ini semakin memicu teori yang mengukuhkan bahwa Felicity akan dibunuh pada season ini, karena pada episode awal, Oliver terlihat berada disebuah funeral dan Barry turut hadir disana, selain itu promo untuk episode selanjutnya semakin memperkuat teori tersebut. Cliffhanger ini saya rasa cukup untuk menjadi modal mempertahankan viewer ketika Arrow kembali tayang di bulan Januari nanti. Apakah Felicity akan betul-betul "dihapus" dari serial ini? Atau ia akan "disamarkan" kematiannya sama seperti Roy untuk melindunginya dari kejaran Darhk? Well, before the next episode aired and the speculation got its answer, we could just say that our Green hero just gone Blue. - KUTU KLIMIS -
Tentu sulit melepaskan image Moby-Dick dalam film In the Heart of The Sea. Novel klasik dari Herman Melville ini disebut-sebut sebagai salah satu karya sastra terbaik Amerika. Meski kisahnya telah mendunia, tapi bisa dibilang bahwa In the Heart of The Sea adalah film terbesar yang diangkat oleh Hollywood. Ya tak seperti cerita terkenal lain seperti Jekyll and Hyde atau Frankenstein misalnya, Moby-Dick tak pernah benar-benar menarik pihak Hollywood. Namun, dalam film In the Heart of The Sea, bukanlah Moby-Dick yang dijadikan acuan sepenuhnya, melainkan novel karya Nathaniel Philbrick dengan judul yang sama. Film ini pun akhirnya memilih mengisahkan cerita berdasarkan pengalaman Thomas Nickerson, awak kapal termuda yang selamat. Berbeda dengan Moby-Dick yang bersifat fiksi tapi tetap terinspirasi dari tragedi kapal Essex. Adegan film diawali dengan seorang pria yang ingin menemui Nickerson tua (Brendan Gleeson) untuk menceritakan pengalamannya di kapal Essex. Pria yang ternyata adalah Herman Melville (Ben Wishaw) ini akhirnya mendapatkan kesempatan menulis cerita setelah Nickerson didesak oleh istrinya (Michelle Fairley). Dari sinilah cerita In the Heart of The Sea yang sebenarnya dimulai. Sesuai dengan perkataan Nickerson, “The tragedy of the Essex is the story of two men. And a Demon”. Pelayaran kapal Essex dikomandoi oleh kapten George Pollard (Benjamin Walker) dengan first mate Owen Chase (Chris Hemsworth). Kedua orang ini memang telah bersebrangan sejak awal keberangkatan. Keengganan pihak “eksekutif” untuk memberi jabatan kapten pada Chase adalah permulaan dari konfliknya dengan Pollard. Semenjak itu, keduanya sering terlibat perdebatan. Meski begitu, Chase terlihat lebih mengalah dan mengikuti perintah sang kapten. Hingga akhirnya mereka berhasil memburu seekor paus. Sayangnya, setelah itu mereka terus menerus gagal menemui paus lainnya. Essex akhirnya berlabuh di Ekuador, mencari perbekalan untuk pelayaran selanjutnya. Di sinilah, Pollard, Chase, dan Matthew Joy (Cillian Murphy) mendapatkan informasi tentang lokasi si paus raksasa, a demon, merujuk pada kata-kata Nickerson. Dan ternyata, informasi itu memang benar. Mereka menemukan gerombolan paus. Namun ada satu yang benar-benar tak terduga, si paus raksasa. Ukuran tubuh, kekuatan, dan kepintarannya lain dari paus lainnya. Essex hancur, seluruh kru kapal pun terombang-ambing di lautan selama beberapa bulan. Sejujurnya, saya agak kecewa dengan film ini. Bukan berarti In the Heart of The Sea itu film yang jelek, sama sekali bukan. Namun ada beberapa hal yang membuat film ini jauh dari kata spesial.
Entah kenapa, jika melihat film tentang laut dan kapal tenggelam, saya teringat pada Titanic (1997) dan Life of Pi (2012). Entahlah, hanya itu yang langsung teringat di otak saya. Mungkin Kawan Kutu juga merasa sama. Bahkan format cerita di sini juga mirip, coba perhatikan. Di awal film diceritakan bahwa ini adalah cerita dari sudut pandang seorang Thomas Nickerson. Jadi ini adalah sebuah flashback yang besar. Meski sempat saya merasa bahwa ini mungkin akan seperti Life of Pi atau Titanic, yaitu dengan fokus pada Nickerson dan banyak narasi, ternyata tidak juga. Yang membuat kecewa adalah porsi Nickerson muda (Tom Holland) terlalu sedikit, sangat sedikit bahkan. Malah yang saya rasa seperti membaca jurnal perjalanan seorang Owen Chase, bukan kesaksian Nickerson. Selain itu, saya sangat yakin bahwa tragedi kapal Essex ini merupakan cerita yang sangat mengagumkan. Hadirnya Ron Howard sebagai sutradara pun mengangkat ekspektasi saya pada film ini. Pengalamannya membuat film adaptasi dari kisah nyata kan sudah terbukti di A Beautiful Minds (2001), Apollo 13 (1995), dan Rush (2013). Sayangnya, film ini lebih banyak menonjolkan insiden-insiden beruntun yang membuat kita bersimpati. Padahal, dengan menumpuknya aktor-aktor yang bagus, saya rasa harusnya masing-masing karakter masih bisa dibentuk lebih mendalam. Ini penting, karena selain Owen Chase dan kapten Pollard, sisa kru Essex seakan-akan hanya pelengkap saja. Toh cerita mereka kan memakan berbulan-bulan. Di luar kekurangan di atas, saya akui ini adalah film yang bagus. Terutama pada adegan-adegan yang melibatkan CGI, membuat kita merasakan bagaimana keadaan di laut. Juga performa dari Chris Hemsworth dan Benjamin Walker yang mengesankan. Apalagi ditambah dengan fakta bahwa determinasi aktor-aktor ini yang melakukan diet untuk menguruskan badan demi mendukung akting di In the Heart of The Sea. Dari segi cerita tak perlu diragukan, ini adalah peristiwa yang terjadi pada 200 tahun lalu. Di sini pun bisa kita ambil bahwa memang makhluk hidup, baik itu manusia ataupun hewan seukuran paus raksasa, tetap takut akan sesuatu yang baru. Ya pada dasarnya itu alamiah bahwa kita masih takut pada hal-hal baru, hal yang belum kita ketahui. Di akhir-akhir film pun akhirnya Owen Chase menyadari bahwa manusia terlalu serakah, ingin merajai, selalu merasa angkuh, bahkan ketika kita sudah hancur lebur. Maka dia memutuskan untuk tidak menyerang paus raksasa itu ketika punya kesempatan terakhir. Ingat dialog terakhir antara Nickerson dan Melville, bahwa akhirnya manusia berhasil menemukan sumber minyak dari dalam bumi. Tak harus lagi memburu paus. Ya, memang In the Heart of the Sea sulit untuk keluar dari bayang-bayang Moby-Dick. Rating: C - Kutu Kasur |
SEARCH
GET NOTIFIED
Archives
August 2017
|