Chelsea Islan kali ini mencoba menambah jam terbangnya sebagai aktris dengan berperan dalam film laga. Dengan Iko Uwais, Chelsea Islan pun merasa tertantang karena belum terlibat dalam film laga sebelumnya. "Ini tantangan baru. Jadi harus siap mental, kalau drama kan dialognya banyak. Di sini harus fokus action. Akhirnya dia belajar beladiri. Sebagai aktris harus bisa mencoba karakter berbeda-beda. Makanya saya harus ambil biar pengalaman baru, menambah pengalaman sih," kata Chelsea Islan. Bercerita tentang seorang pemuda (diperankan Iko Uwais) yang mengalami amnesia kemudian dirawat oleh perawat muda (Chelsea Islan) yang kemudian masa lalu nya yang kelam terus menghantuinya. Disutradarai oleh Mo Brothers yang sebelumnya terlibat dalam film Rumah Dara dan Killers, film ini pantas untuk ditunggu.
Oleh: Kutu Kamar
0 Comments
Beberapa tulisan sedikit mengandung plot cerita, jadi AWAS SPOILER! Kita tidak bisa berbohong, saat melihat poster, judul, dan dandanan dari para pemain film “Pendekar Tongkat Emas” pasti sentimen mengenai film Indonesia yang selama ini tertanam di benak sebagian besar benak masyarakat Indonesia akan kembali menyeruak. “Film apa sih nih? Norak amat”, “Elah paling bakal kaya film-film laga gajelas kaya di TV “I”, yang ada naga-naganya” . Celetukan itu pasti akan keluar dari mulut dan pikiran cukup banyak masyarakat Indonesia. Tapi tunggu dulu kawan kutu! Terlepas dari judul, dan penampilan para pemainnya, film ini “memajang” deretan cast utama yang cukup mentereng, dimulai dari aktris senior Indonesia yang namanya sudah cukup mendunia, dan juga sempat bermain di film “Eat, Pray, Love” yaitu Christine Hakim, dua aktris pria yang namanya sudah menancap sebagai aktor papan atas, yaitu Nicolas Saputera dan Reza Rahadian, aktris wanita yang memiliki kecantikan khas Indonesia, Tara Basro, putri dari musisi legendaris Indonesia dan juga aktris senior Indonesia, Eva Celia, serta pendatang baru yang di usianya yang masih cukup belia sudah mampu membawakan karakter yang cukup kuat, Aria Kusumah. Ditambah para cast tambahan seperti aktor senior Slamet Raharjo, aktor Darius Sinatrya, dan Prisia Nasution Don’t judge the book by its cover Pepatah tersebut layak disematkan untuk sinisme masyarakat Indonesia terhadap film buatan anak bangsa. Target penonton 1,7 juta orang yang dicanangkan PTE nyatanya hanya menembus kisaran 250 ribu penonton. Padahal, film ini menjadi film pembuka di ajang Fukuoka International Film Festival atau Festival Film Internasional Fukuoka 2015 yang berlangsung pada 18-25 September lalu dengan judul “The Golden Cane Warrior”, serta mengikuti beberapa festival film internasional lainnya dan cukup mendapat apresiasi tinggi. Nostalgia Kisah Silat Jaman Baheula Pendekar tongkat emas mengangkat kisah mengenai Cempaka (Christine Hakim), seorang wanita paruh baya yang juga dikenal sebagai pendekar silat tangguh pemegang senjata sakti serta jurus mematikan; tongkat emas. Cempaka memiliki 4 orang murid; Biru (Reza Rahadian), Gerhana (Tara Basro), Dara (Eva Cellia), dan murid termuda; Angin (Aria Kusumah), dan seiring usianya yang kian bertambah lanjut, Cempaka berencana untuk mewariskan perguruan silat mereka beserta Tongkat Emas serta ilmu mematikannya. Konflik dimulai ketika Cempaka memutuskan untuk mewariskan Tongkat Emas kepada Dara, ketimbang Biru yang menjadi murid paling senior. Biru yang berambisi menjadi pendekar silat terkuat merasa dikhianati oleh gurunya sendiri. Biru pun berkhianat, bersama Gerhana dia membunuh Cempaka dan mengambil paksa Tongkat Emas dari tangan Dara. Dara dan Angin yang belum memiliki ilmu cukup tidak mampu menyaingi Biru dan Gerhana. Tongkat Emas pun berhasil direbut dari tangan Dara. Tugas Dara berikutnya adalah menemui seorang pendekar yang memiliki julukan “Harimau Putih” karena dengan bantuannya lah Dara dapat menemukan dan merebut kembali Tongkat Emas dari tangan Biru dan Gerhana. Film ini dibuat dengan alur cerita yang simple, dengan sedikit sisipan flashback mengenai masa lalu Cempaka. Ide cerita yang bisa dikatakan tidak rumit, ditunjang dengan visualisasi gambar yang sangat bagus. Selain itu akting maksimal dari setiap tokoh membuat 112 menit film ini tidak terbuang percuma, adegan perkelahian yang diperagakan pun cukup memanjakan mata dan membuka memori mengenai film-film silat dari negeri tirai bambu yang marak satu dekade silam.
“Good and Evil” merupakan tema singkat yang berhasil diaplikasikan menjadi sebuah cerita menarik dan sarat pesan moral yang dapat kita ambil. Terlepas dari kontroversi dan kritik mengenai pemilihan bela diri yang disayangkan memilih kung-fu dan tidak mengambil bela diri asli Indonesia, dan pilihan Miles Production untuk memilih bekerja sama dengan fighting choreographer asal Cina, kita tidak bisa memungkiri bahwa genre film yang ditawarkan PTE merupakan genre yang asing dengan membludaknya genre percintaan remaja, horror, serta action, dan harus diakui, bahwa PTE menampilkan “keasingan” tersebut secara apik. Film ini layak menjadi referensi bagi Kawan Kutu, terutama yang memiliki antusiasme tersendiri terhadap genre film laga. -Kutu Klimis Berbicara tentang film, tentu tak bisa lepas dari yang namanya sinematografi. Ringkasnya, sinematografi adalah sebuah ilmu tentang teknik menangkap gambar dan menggabungkannya menjadi sebuah rangkaian dengan ide dan cerita yang disampaikan. Berkat sinematografi kita bisa menikmati karya seni berbentuk film hingga sekarang.
Dengan semakin berkembangnya sinematografi, di tahun 1919 melahirkan sebuah organisasi yang dibentuk dari sebuah komunitas, American Society Cinematographer (ASC). Dibentuk oleh 15 orang, kini ASC memiliki 340 anggota dan terus berkembang. ASC selain sebagai wadah para sinematografer untuk berdiskusi, juga bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan seni sinematografi. Salah satu hasilnya adalah dengan menelurkan sebuah majalah yang membahas sinematografi, American Cinematograpger. Selain itu, ASC juga memiliki award untuk para sinematografer. Penghargaan ASC ada beberapa kategori, diantaranya Theatrical Release, Lifetime Achievement, Regular Series Television, Telvision Movie, Miniseries atau Pilot, dan lainnya. Nah, kemarin ASC mengumumkan nominasi di 2 kategori untuk penghargaan tahunan ke-30 seperti yang dilansir situs resminya. Berikut nominasinya: Episode of a Regular Series: Vanja Cernjul, ASC, HFS (Marco Polo – “The Fourth Step”, Netflix) David Greene, CSC (12 Monkeys – “Mentally Divergent”, SyFy) Christoper Norr (Gotham – “Strike Force”, Fox) Crescenzo Notarile, ASC, AIC (Gotham – “Scarification”, Fox) Fabian Wagner, BSC (Game of Thrones – “Hardhome”, HBO) Television Movie, Miniseries or Pilot: Martin Ahlgren (Blindspot pilot, NBC) Pierre Gill, CSC (Cassanova pilot, Amazon) Jeffrey Jur, ASC (Bessie, HBO) Romain Lacourbas (Marco Polo pilot, Netflix) James Hawkinson (The Man in the High Castle pilot, Amazon) Pemenangnya akan diumumkan pada 14 Februari 2016 mendatang. Bagaimana pendapat Kawan Kutu, siapa yang akan menang? - Kutu Kasur Mungkin masih ingat dengan masa-masa jayanya film horror benar-benar menakutkan seperti dahulu film Jelangkung bukan seperti yang pasti Kawan Kutu komentar sekarang "Film Indonesia paling cuma horror seks ga bermutu". Namun anggapan semua itu akan terbukti salah setelah Kawan Kutu menoton film ini. Menceritakan tentang tiga orang tinggal di rusun yang sebelumnya biasa hidup bahagia entah tiba-tiba memutuskan untuk bunuh diri. Ketiga remaja yaitu Donald, Kayla dan Farel pun menyelediki apa yang sebenarnya terjadi dan akhirnya mereka menemukan bahwa dalang dibalik semua ini adalah badut misterius. Teror pun menghantui mereka. Disinilah ceritanya mulai menarik dan menurut saya tidak klise, dimana kita mendalami motivasi karakter masing-masing terlebih dahulu sehingga mereka bukan hanya sekedar "sekelompok remaja lemah dan bodoh yang ketakutan". Setting film yang diambil pun sangat baik, karena pengambilan gambar kebanyak berada di rusun, di tempat dimana kegiatan normal sehari-hari dilakukan. Bukan di tempat yang sengaja memang angker seperti kuburan atau rumah yang lama ditinggalkan. Sebuah langkah yang brilian menurut saya oleh sutradara Awi Suryadi. Kemunculan sosok badut sebagai hantu nya diatur sedemikian rupa dengan jarangnya kemunculan dia dari dalam film ini sehingga menandakan bahwa penampakan karakternya benar-benar momen klimaks sehingga menambah kesan kengerian. Hal ini menurut saya teknik seperti ini juga digunakan dalam film horror fenomenal berpendapatan terbesar The Conjuring. Hebatnya lagi film ini juga mendapat pujian dari sutradra Joko Anwar dan Hanung Bramantyo. Ditambah juga banyak production house yang tertarik untuk merilis film ini Rusia, Spanyol bahkan Amerika. Sebuah kabar yang sangat membanggakan untuk pecinta film Indonesia. Akankah film ini menjadi momentum kebangkitan film Indonesia? Kita tunggu saja. Review film ini direquest dari salah satu Kawan Kutu, kalo Kawan Kutu pengen juga minta informasi apa aja soal film, silakan chat atau komen kami di akun official line (klik lewat smartphone), akun fanpage facebok atau mention di twitter kita Oleh: Kutu Kamar
Spoiler Alert! Akhirnya, Daryl (Norman Reedus), Sasha (Sonequa Martin-Green), dan Abraham (Michael Cudlitz) menyelesaikan juga misi 'menggiring walkers 20 mil lagi'. Bukan perkara mudah untuk dilalui bahkan dengan mereka bertiga. Termasuk saat perjalanan balik menuju Alexandria. Trio ini mendapat serangan mendadak, entah siapa yang melakukannya. Daryl terjatuh dari motornya, terpisah dari Sasha dan Abraham yang menggunakan mobil. Meski kelompok itu terus memburu, mereka berhasil diatasi dengan susah payah. Dan kita melihat Daryl berakhir di hutan yang telah hangus. Di sisi lain, Sasha dan Abraham sempat berargumen kecil. Tentang melanjutkan perjalanan tanpa Daryl dan Abraham yang ingin membereskan beberapa walkers. Akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu di sebuah bangunan. Sasha juga sengaja meninggalkan jejak di lumpur dan tulisan 'Dixon' di pintu. Di sinilah dimulai bagian yang menarik dari episode kali ini, menurut saya. Dua karakter pendukung, Abraham khususnya, diberi bagian berbicara lebih banyak. Hal yang jarang kita dapat bahkan sejak dirinya bergabung. The Walking Dead memang memiliki cara yang unik untuk mengembangkan karakternya. Dari sekedar dialog bercerita latar belakang hingga episode berisi flashback. Sekarang kita bisa tahu lebih banyak tentang pria berambut merah ini.
Sebagai orang yang pernah berada di ranah militer, Abraham masih memiliki sisi pragmatis dan kasar. Dia pun tiper orang yang bekerja dengan perintah yang jelas. Namun ternyata seorang Abraham pun punya sisi lembut dan brutal. Membunuh walkers memang menjadi kesenangan tersendiri untuknya, hal yang telah diungkap oleh Tara di awal pertemuan. Argumennya dengan Sasha tentang mengontrol diri juga menarik. Ya Abraham memang masih terguncang dengan apa yang terjadi pada dirinya, jauh sebelum bertemu Rick dkk. Terlihat dari reaksinya saat berusaha mengambil RPG yang tersangkut pada walkers. Kesulitan membuat dia berteriak sebagai pelampiasan. Ini menandakan dirinya masih dilanda depresi. terutama jika mengingat tentang peristiwa Pete Anderson lalu. Meski permasalahan membunuh walkers, Abraham adalah orang yang mengkhawatirkan rekan-rekannya. Menjadi orang yang diandalkan dan bertanggung jawab sepertinya masih terbawa karena dia seorang militer. Selain itu yang menarik dari kisah Abraham, dia menunjukan ketertarikannya pada Sasha. Kedua karakter ini memang jarang berinteraksi sebelumnya. Tapi Abraham pernah menunjukkan kepeduliannya saat Sasha kehilangan Bob dan Tyreese. Hubungan ini menarik karena sebelumnya Abraham memiliki cerita dengan Rosita. Ya, setiap orang memiliki kelembutan juga, kan? Always Acountable memiliki dua cerita yang berjalan beriringan antara Daryl dengan Sasha dan Abraham. Namun dari yang saya perhatikan, kisah Daryl memiliki plot yang penting untuk jalan cerita The Walking Dead ke depan. Pertemuan Dengan Orang Asing Yang dijumpai Daryl bukan hanya satu atau dua orang, tapi dua kelompok yang berbeda. Tak hanya beda, mereka pun bermusuhan. Pertama, dua orang wanita dan satu pria. Mereka yang pada awalnya menyeret Daryl ke konflik ini. Pria asing tersebut terus bersikeras bahwa Daryl adalah salah satu dari “mereka”. Salah satu diantara ketiga orang tersebut bernama Tina, wanita pengidap diabetes (mungkin, karena dia butuh insulin dengan jumlah banyak). Namun dia mati digigit oleh walkers karena kebodohannya. Menyisakan dua orang yang namanya tak kita ketahui hingga akhir episode. Grup kedua adalah “mereka” yang telah disebut-sebut. Menyergap dengan membawa truk besar, dan dipimpin oleh pria bernama Wade. Mereka mengejar Tina dkk untuk membayar sesuatu. Kelompok ini seperti punya aturan untuk membayar apapun yang mereka lakukan untuk orang lain. Ancaman Baru Alasan Daryl terpisah dengan Sasha dan Abraham adalah sergapan dari sekelompok orang di jalan. Yang harus diperhatikan adalah ini bukan ulah Wolves. Kenapa? Karena berdasarkan perkataan Morgan yang mengetahui bahwa kelompok itu tak menggunakan senjata api. Sedangkan yang menyerang kali ini jelas menembaki Daryl dkk. Jelas ini menjadi ancaman baru bagi kelompok Rick. Ya bisa dibilang Sasha, Daryl, dan Abraham sedang berada di daerah yang sepi. Maksudnya banyak ruang terbuka dan kemungkinan menjadi tempat bernaung sebuah komunitas sangat kecil. Nyatanya mereka diserang di sana. Dugaan membesar bahwa kegiatan ini telah dipantau sebelumnya. Sepertinya ini perbuatan kelompok Wade tersebut. Bagaimana dengan kelompok satu lagi? Ya bisa jadi. Sebenarnya Daryl sempat mempertimbangkan untuk mengajak mereka bergabung di Alexandria. Dia pun sempat melancarkan pertanyaan yang telah lama tak didengar. “How many walkers have you killed? How many people have you killed? Why?” Hasilnya Daryl merasa mereka cukup layak untuk bergabung, Setelah Tina mati karena kebodohannya sendiri, menyisakan sepasang lelaki dan perempuan itu. Yang menjadi sorotan adalah si pria ini juga orang yang licik. Setelah mendapatkan kembali pistolnya, dia menodong Daryl. Ujungnya ya pria kesayangan pecinta The Walking Dead ini kehilangannya ciri khasnya, motor sekaligus crossbow. Tanda-Tanda Negan Beberapa waktu lalu, Jeffrey Dean Morgan telah dipastikan akan mengisi sosok Negan. Ya, salah satu musuh terbesar Rick di komik The Walking Dead. Episode ini memberikan sedikit penglihatan bahwa kelompok Negan benar-benar sudah dekat. Memang kita belum benar-benar tahu jelas tentang kedua kelompok ini, terutama yang dipimpin oleh Wade. Namun saya teringat dengan perilaku mereka yang selalu meminta imbalan untuk apa yang dilakukan dan berikan pada orang lain. Ini mengingatkan pada kelompok yang dipimpin Negan di komik, The Savior. Yang bikin saya curiga adalah mengapa orang asing ini dibuat samar-samar akan identitasnya. Pertama, wajah Wade tak pernah terlihat meski hanya sekilas. Kedua, meski mendapatkan banyak adegan namun kedua orang yang merebut motor dan crossbow Daryl tak disebutkan namanya, mengapa? Meski setelahnya bisa kita ketahui berkat data yang dimuat IMDB. Wade, di episode ini diperankan oleh Darin Cooper. Sedangkan sepasang lainnya bernama Dwight dan Sherry, familiar dengan nama ini? Ya sedikit bocoran, mereka berdua adalah salah satu dari anggota Negan. Untuk Dwight, di komik dia memang digambarkan menggunakan crossbow sebagai senjatanya. Ya, Negan benar-benar datang. Siapa yang Meminta Tolong Setelah Daryl berhasil keluar dari hutan, dia menemukan sebuah truk bekas perusahaan bahan bakar. Dengan ini dia menjemput Sasha dan Abraham untuk segera kembali ke Alexandria. Di akhir episode, ketika Daryl mencoba menghubungi Rick, dia malah mendengar seseorang berkata, “help”. Siapa yang sebenarnya ada di balik radio itu? Banyak spekulasi yang bermunculan. Satu yang teringat adalah Glenn. Mungkin saja itu adalah Glenn yang ternyata masih hidup dan berada dalam kesulitan. Atau mungkin itu adalah orang baru? Bisa saja. Toh kabar Tom Payne akan turut serta mengisi karakter baru tak bisa diabaikan. Mungkin itu adalah Paul ‘Jesus’ Monroe yang meminta tolong. Ya, kita lihat saja nanti. Episode ini memang menjadi pembeda dibanding yang lainnya. Dialog yang tak terlalu padat berhasil diimbangi dengan aksi-aksi yang tak membosankan. Penampilan Michael Cudlitz sebagai Abraham menurut saya pantas diapresiasi. Selain berhasil mengembangkan karakter Abraham, Always Acountable menjadi potongan terakhir misi besar ‘menggiring walkers menjauh’ Rick Grimes. Minggu depan kita akan bisa melihat semua berkumpul kembali di Alexandria. Keberadaan musuh-musuh yang mengancam, membuat jalan cerita semakin menarik. Ya terutama setelah kita dibuat bosan minggu lalu. - Kutu Kasur |
SEARCH
GET NOTIFIED
Archives
August 2017
|